Mohon tunggu...
Risuma Lolok
Risuma Lolok Mohon Tunggu... Ilmuwan - Seorang Analis Hukum di BKN

find me on facebook " risuma lolok"....follow me on twitter "@risumalolok"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Indonesia Peraih Oscar

14 September 2013   15:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:54 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film itu berjudul “The Year Of Living Dangerously”,film buatanAustralia yang dirilis pada tahun 1982, didaptasi dari novel karya Christopher Koch. Film ini berhasil menyabet piala Oscar dua tahun kemudian yaitu tahun 1984.

Menceritakan perjuangan jurnalis barat, Guy Humilton (Mel Gibson) yang mencoba untuk menavigasi gejolak politik di Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno tahun 1965. Hamilton memulai petulangannya di Jakarta dibantu seorang potografer bertubuh kate keturunan China Australia, Billy Kwan yang diperankan oleh Linda Hunt. Hunt memerankan tokoh Pria walaupun dia seorang wanita. Mereka melakukan misi tersebut sebelum dan setelah G30S PKI.

Dalam Film ini diceritakan tentang rakyat Indonesia yang hidup dalam ketidakpastian, karena gejolak ekonomi yang sengit. Dalam kondisi tersebut diceritakan presiden malah menghabis-habiskan dana untuk membangun monumen-monumen megah sambil menanamkan kebencian terhadap Barat, menurut sejarah Presiden Soekarno memang sering mengecam kapitalisme dan Marxisme. Tidak hanya itu itu Soekarno juga menyulut konfrontasi ke negara tentangga Malaysia (Ganyak Malaysia!) Film ini seolah membeberkan sepanjang tahun penuh pergolakan sampai akhir kekuasaan President Soekarno yang digulingkan oleh Jenderal Soeharto.

Selain gejolak politik film ini juga diwarnai cinta segitiga antara Hamilton, Kwan dan Jill Bryant perempuan Inggris yang sama-sama mereka cintai.

Koch seolah-olah menghidupkan ingatan kita akan sejarah, ketika beribu-ribu rakyat sipil dituduh sebagai penganut komunis dan pembunuhan terhadap beberapa jenderal. Meski mendapat sambutang hangat di seluruh dunia, film ini dilarang diputar di Indonesia pada masa pemerintahan orde baru. Begitupun dengan novelnya, tidak beredar di Indonesia.

Syuting film dilakukan di Philipina setelah mendapat penolakan mentah-mentah untuk dilakukan di Indonesia. Oleh pemerintah orde baru film ini dianggap menggmbarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sejarah.

Semoga ulasan ini membuat kita memahami sejarah bangsa sendiri....salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun