Mohon tunggu...
Fatima Hutabarat
Fatima Hutabarat Mohon Tunggu... Guru - Mengajar di sebuah sekolah daerak DKI Jakarta Utara

Jangan takut bermimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Pertama

31 Mei 2023   14:10 Diperbarui: 31 Mei 2023   14:05 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                           Cinta Pertama

"Apa yang biasanya kau pikirkan sebelum tidur, Key?"
Kata seorang psikolog membuka dialog kami saat itu.
"Ini sedikit aneh, Anda pasti berpikir aku ini gila, aku berharap dunia ini berakhir."
"Apakah kau sedang mengalami suatu situasi yang buruk?"
"Tidak juga, aku hanya merasa hidup itu melelahkan, aku merasa seperti orang gila, Anda pasti merasa aneh mendengar gadis muda seperti aku mengatakan ini."
"Semua orang pasti pernah lelah dengan hidupnya, tapi kapan kau merasakan itu dengan sangat jelas?"
"Mungkin setiap saat, hidup itu repetitif dan mudah ditebak, kau berusaha masuk ke universitas favorit, seiring usia kau juga berusaha keras untuk bertemu pria baik  lalu  menikah, tapi menurutku sebenarnya semua orang tahu caranya untuk sukses."
"Cara untuk sukses, apa itu"?
"Kau hanya perlu bekerja keras seperrti orang gila dan itu bagiku sangat melelahkan."
Aku Keyra, biasa dipanggil Key. Aku tinggal bersama ibuku jangan tanya ayahku di mana karena sejak kecil sampai aku berumur 20 tahun aku belum pernah sekalipun bertemu dengan ayahku. Setiap aku bertanya kepada ibu,
"Kami tidak saling mencintai nak,"
"Trus, aku ini lahir atas ketidaksengajaan?".
Maka ibu akan menenangkan aku dengan kata-kata ampuhnya yang membuatku seketika lupa dengan keberadaan ayahku. Aku tahu ibu menyimpan rahasia yang tidak bisa dibagikan untukku, walau sebenarnya aku sangat ingin bertemu dengan sosok ayah.
Ibuku suka bercerita tentangku saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar bahwa aku adalah orang yang spesial dan pintar. Setiap hal yang aku inrginkan aku akan berusaha untuk mendapatkannya tidak peduli orang lain terluka yang penting aku mendapatkan apa yang aku mau, pernah kata ibu suatu kali dalam lomba lari yang diadakan di sekolah aku berambisi untuk menang sampai aku mendorong salah seorang temanku hingga terluka, lalu ibuku menasihatiku untuk tidak berbuat curang dan belajar menjadi pribadi yang suportif, tentu saja itu sesuatu hal yang sangat sulit bagiku.
Seharusnya saat ini aku kuliah di unversitas favorit di kotaku karena aku lulus tes SNMPTN, dan ibuku sangat bangga akan hal itu. Aku tahu pilihan yang aku ambil sekarang akan mengecewakan ibu. Yah, saat ini aku bekerja di sebuah restoran kecil di tengah kota, aku kembali memiliki hasrat untuk hidup ketika aku bertemu dengan seseorang yang menjadi atasanku di restoran ini. Awal pertemuan kami saat itu, ketika dia menolongku dari para pencopet yang masih merajalela di kotaku, awalnya aku tidak merasakan apa-apa tapi secara kebetulan lagi kami bertemu sampai ketiga kalinya dengan hal yang sama yang selalu menolongku saat aku dalam bahaya.
Rey, dia hidup sebatang kara, berjuang melawan kerasnya hidup dan menjadi pribadi tangguh untuk meraih yang dia impikan. Rey sering bercerita tentang masa lalunya kepadaku. Seperti ketika ayahnya dipecat dari sebuah perusahaan, ketika Rey harus melepaskan kepergian ayahnya karena sebuah kecelakaan, bahkan yang lebih menyakitkan Rey tidak tahu sosok ibunya seperti apa.
Banyak hal yang harus diperjuangkannya sampai dia merasa tak pernah sekalipun merasakan hidup ini manis. Mendengar semua cerita hidupnya, aku bertekad menjadi teman, sahabat, dan  ingin selalu ada di sampingnya. Entah kapan benih perasaan itu tumbuh yang aku tahu aku sudah menyukainya.
Dari cerita yang aku dengar dari Rey, setelah restorannya buka selama tiga bulan belum pernah ada pengnjung satu pun, padahal dia sudah mencoba untuk menyebarkan brosur-brosur di tengah jalan, tapi itu tetap tidak membuahkan hasil. Padahal dia harus membayar kontrakan dan karyawannya. Setelah aku mengamati keadaaan, suasana, tata letak restoran aku mengusulkan kepadanya untuk menggantinya karena aku berpikir setiap orang yang berkunjung akan melihat suasana di dalam restoran apakah bersih dan menyenangkan sehingga para pengunjung memiliki hasrat untuk mengunjunginya.
Bersama dengan karyawannya kami mengubah semua ruangan menjadi lebih indah dan enak untuk dipandang. Setelah semua selesai, aku juga mempromosikan makanan lewat instagram, karena aku seorang influencer yang memiliki followers yang sangat banyak sehingga aku cukup terkenal dan berhasil mempromosikan restoran ini ke publik. Tidak heran bahwa setelah aku mempromosikan restoran ini, pengunjung pun berdatangan dan sampai membludak sampai kami kewalahan untuk melayani, sehingga aku pun memberikan ide kepada Rey untuk merekrut karyawan. Dan yah restoran kami pun laku keras dan kami pun membuka cabang di kota-kota lain. Seiring berjalannya waktu aku pun dipercayakan menjadi manajer.
Karena aku sering bersiliweran di media sosial, ibuku pun mengetahuiku hal itu.
Sesampai aku di rumah, ibu menungguku di ruang tamu,
"Ada apa ini, kenapa ibu belum tidur, apa yang ibu pikirkan?"
"Kamu bekerja paruh waktu di restoran itu?"
"Bukan Bu, aku sudah diangkat jadi manajer"
"Itu maksud ibu, kenapa kau tak kuliah dan memilih bekerja di sana, kenapa, apa mungkin karena kamu menyukai atasan yang dulu pernah kamu ceritakan kepada ibu, kau suka seseorang dan akhirnya kau bekerja di sana?"
"Iya Bu, dia pemiliknya."
"Ibu mengerti apa yang kau putuskan, kau tidak akan berubah apapun yang ibu katakan, ini barang-barangmu, keluar dari sini!"
"Ibu."
"Ibu hanya ingin kau dengar dan melihat hal baik, ibu terlahir miskin tapi ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk membesarkanmu. Tapi karena kau begitu spesial dan sangat pintar, ibu tahu kau kelak takkan seperti ibu.
Bu, aku berbeda dari ibu, aku pintar dan spesial kan?"
"Apa maksudmu?"
"Aku pasti dapatkan cinta dan kesuksesan"
Tujuanmu hanya membantu pemilik restoran itu, lalu apa?"
"ibu aku tak bersandar pada mimpi orang, aku juga tidak mau bersandar pada mimpi ibu, yang kujalani saat ini  adalah hidupku, terima kasih sudah membesarkan aku dengan baik, ini tidak akan memakan waktu lama, aku akan lebih hebat dari yang ibu bayangkan, aku pergi Bu."
Pertengkaranku dengan ibu membuatku semakin antusias untuk menjadi yang lebih baik karena aku mau pastikan kelak ibu akan bangga dengan apa yang aku capai.
Di suatu malam kami merayakan sebuah pesta sederhana, seorang karyawan mengajak untuk bermain truth or dare, dan kami pun menyetujui hal itu.
Giliran Rey yang menjawab pertanyaan,
"Adakah hal yang tidak kau ketahui dari seorang Keyra?"
"Keyra, aku berpikir semua hal sudah kuketahui tentangnya."
"Lalu apakah pernah sekalipun kamu menyukai Keyra?"
"Tidak, sekalipun tidak pernah, Keyra sudah kuanggap seperti adikku sendiri dan sebagi partner, tidak mungkin aku menyukainya."
"Begini walau aku sudah tahu akan jadi seperti ini, tapi aku masih tetap saja menyukainya." Batinku dalam hati.
Pada saat itu juga di depan teman-temanku air mata tumpah sejadi-jadinya sampai aku salah tingkah, aku berlari keluar dan meninggalkan mereka.
Aku berlari dan Rey mengejarku dan memegang tanganku,
"Lepaskan aku, kamu tidak pernah sekalipun kan menyukaiku?"
"Kamu kenapa seperti, ayo masuk, di luar dingin."
"Kamu kenapa jadi seperti ini, kamu itu wanita yang cerdas jangan bertingkah aneh seperti ini."
Aku akan memberitahumu, sekarang juga.
"Sungguh hatiku mau meledak, apakah aku akan berterus terang sekarang, apakah ini sungguh waktu yang tepat." kataku dalam hati.
"Ada apa denganmu, kamu baik-baik saja kan, kenapa kamu tiba-tiba diam?"
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu Rey, aku sangat mencintaimu."
"Ini mungkin, karena aku sudah seperti keluarga, kau nyaman sehingga kamu memiliki perasaan itu."
"Aku tidak pernah salah paham, aku tidak pernah sekalipun menganggapmu seperti keluargaku, sejak pertama ketemu hingga saat ini, tidak ada perasaan yang lebih jelas dari perasaan ini."
"Aku tidak ingin berbohong, dan mau berterus terang, inilah aku yang sebenarnya. Karena itu terima saja aku sekarang"
 "Hei, kamu tahu perbedaan usia kita sepuluh tahun dan kita baik-baik saja sampai sekarang,  dan kamu tahu kan banyak yang harus aku lakukan."
"Hentikan, cukup bila kau tidak menyukaiku, bilang saja tidak suka, masalah pekerjaan atau perbedaan umur, alasan itu terdengar payah dan membosankan, aku tak ingin mendengar alasan seperti itu darimu, aku hanya butuh satu kata saja darimu. Apa aku benar-benar tak punya kesempatan?"
"Ya, jangan sukai aku."
Belum pernah sebelumnya aku memiliki perasaan sepeti ini,  mau mati rasanya. Aku bahkan tak bisa berpikir jernih. Olehnya aku mengajukan cuti untuk menenangkan hatiku, tapi semakin aku tak melihatnya semakin besar rasa rindu yang tidak bisa kubendung.
Setelah seminggu aku cuti, akhinya aku kembali bekerja dan aku kembali bekerja dengan normal seolah-olah tidak ada yang terjadi. Tapi semakin aku melihatnya aku semakin berani untuk menyatakan perasaanku secara gamblang bahkan di depan teman-temankuSetelah empat tahun bekerja denggannya, entah karena keberuntungan berpihak kepadaku, Rey lambat laun berubah menjadi lebih perhatian, tiba-tiba memberi kejutan yang sama sekali tidak pernah aku pikirkan karena sifatnya yang terlalu dingin sedingin es batu.
Tapi di suatu malam hal yang tidak benar-benar aku duga, dia mengajakku dinner di sebuah tempat yang sangat indah, dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran di sekelilingnya restoran, ditambah melihat Rey di depanku membuatku menjadi salah tingkah.
"Ada apa nih, kok kamu tumben ngajak aku makan?"
"Aku rindu berbagi cerita denganmu.
"Oh, aku boleh bertanya?
"Iya, boleh."
"Kau sudah menyukaiku?"
"Tidak, aku mencintaimu."
"Aku gak salah dengar kan?"
"Iya, aku mencintaimu."
Mendengar itu hatiku dipenuhi dengan rasa bahagia yang belum pernah aku dapatkan selama ini.
"Kamu serius? Aku juga sangat mencintaimu, sebelumnya aku mau ngomong ini,  saat aku dengar ceritamu, entah kenapa aku ingin sembuhkan semua rasa sakit yang kau alami sebelumnya, aku tak ingin kau menderita dan kesepian, aku ingin membuat harimu manis, saat memikirkanmu hidupku yang dulu benar-benar kosong menjadi penuh oleh karenamu. Terima kasih sudah hadir dalam hidupku."
"Aku juga mencintaimu, Keyra, terima kasih sudah membuatku sadar bahwa kau selama ini memberikan cinta dan kasih sayangmu dengan sangat tulus. Aku bodoh tidak menyadarinya dengan cepat. Aku akan selalu menjagamu dan mulai sekarang mari kita hidup bahagia selamanya."
Seperti itu kisah cinta pertamaku dengan Rey, berujung manis walau banyak hal yang harus aku korbankan, walau aku tidak mengikuti yang ibuku ingkinkan tapi akhirnya ibuku bisa melihatku sukses di usia 25 dan membuatnya bangga padaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun