Mohon tunggu...
Fatikha Dinda
Fatikha Dinda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

B.J Habibie, Analisis Kepribadian Sang Pelopor Dirgantara

9 Desember 2017   19:25 Diperbarui: 9 Desember 2017   20:34 8737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hallo. Salam psikologi! Kali ini penulis akan membahas mengenai kepribadian tokoh nasional yang sempat menjadi polemik negeri terkait dengan eksistensi dan keberhasilannya dalam industri dirgantara. Yap. B.J Habibie atau Prof. Habibie. Lebih lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie, beliau adalah presiden Republik Indonesia periode ketiga. Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni tahun 1936. 

Beliau adalah keturunan Jawa (ibu) dan Makassar (Ayah). Kini beliau genap berusia 81 tahun. Dalam perjalanannya, diketahui bahwa Prof. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Dibesarkan dalam keluarga dengan nuansa islam taat dan didikan keras, beliau tumbuh menjadi seseorang yang cerdas, keras dan di atas rata-rata teman sepermainan. 

Kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika yang mengantarkan beliau selama enam bulan kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule -- Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman. Berbagai proyek, baik secara individu dan afiliasi sudah ditorehkan oleh Prof. Habibie. Tidak hanya itu, Habibie juga disebut sebagai pencipta teori terbaru dan karyanya sangat disegani di Jerman. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti "Habibie Factor", "Habibie Theorem" dan "Habibie Method".

Baik, demikian sekelumit profil seorang B.J Habibie. Sekarang mari kita berpindah pada bagaimana analisis kepribadian seorang Prof. Habibie. Saya telah membaca beberapa biodata, ulasan profil serta buku-buku baik dari tulisan beliau sendiri dan orang lain. Apabila ditelisik dari sisi psikologi maka bisa disimpulkan kepribadian B.J Habibie lebih dominan pada aliran Behavioristik. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. 

Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. 

Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif. Adapun tokoh nasional B.J Habibie sangat erat kaitannya dengan aliran behavioristic dikarenakan beliau sangat keras kepala, mempercayai apa yang dilihat dan hasil yang dicapai, dan menganggap kesemuanya adalah hasil atau proses aktivitas manusia yang bekerja keras (disamping sisi religiusitas beliau yang percaya dengan ketetapan Tuhan Yang Maha Esa). Apabila dikaji dari hasil aktualisasi diri beliau tidak lepas dari bagaimana beliau menempa hidupnya sendiri agar dapat seperti sekarang. 

Proses belajar berpola dan berulang-ulang tiap malam berikut dengan latihan hitung dan rancang bangun menghasilkan pribadi B.J Habibie keras, tangguh, cerdas dan disiplin. B.J Habibie juga tidak segan-segan untuk mengancam, menghukum dan membuat sumpah atas dirinya sendiri apabila gagal dan tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan sebelumnya. Perilaku behavioristic juga ditunjukkan oleh beliau pada saat proses operasi yang dilakukan pada Ibu Ainun. 

Prof. Habibie memaksa dan mengkritisi dokter dan perawat agar supaya Ibu Ainun  mendapatkan perawatan yang paling maksimal dan harus sesuai dengan keinginan beliau. Prof. Habibie juga tidak segan-segan untuk menegur apabila secara fisik tidak ada yang berubah dari ibu Ainun atas kesehatannya. Dalam hal profesionalitas juga Prof. Habibie mendidik putra putri bangsa untuk pembangunan Industri Dirgantara Bangsa Indonesia dengan sangat keras dan memiliki target baik secara perilaku dan secara output yang didapatkan dari industri tersebut. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif.

Sedangkan, apabila dilihat dari kepribadian beliau dari buku yang beliau tulis maka dapat disimpulkan beliau memiliki karakteristik kepribadian Prof. Habibie adalah seseorang yang memiliki kepribadian dominan agresif, temperamental, disiplin, pekerja keras dan keras kepala. Adapun sifat dominan yang dimiliki Prof. Habibie adalah rendah hati, romantik dan idealis namun tetap berjiwa seni yang tinggi.

Demikian hasil analisis kepribadian yang dapat saya berikan. Kalau menurut Anda, bagaimana ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun