Berhati-hati dalam berucap memang amat diperlukan bagi seseorang, karena dalam berucap banyak sekali dampak yang akan terjadi jika manusia tidak mau memikirkan dampak apa yang akan terjadi jika ucapan ini atau itu terucap, ucapan yang terjadi karena spontan bisa jadi karena orang yang berucap memang tidak mau tau atas kondisi disekitarnya dan bisa jadi ucapan yang keluar berasala dari bagaimana cara berpikirnya yang mana pikirannya sudah ada suatu kesimpulan bahwa ucapan saya ya ucapan saya buat apa orang mempersalahkan ucapan saya yang terpenting saya tidak mengganggu mereka. Banyak sekali fenomena yang terjadi hanya gara-gara adanya salah ucap. Kita bisa melihat bagaimana orang yang seharusnya dituakan malah akhirnya perang adu mulut dengan orang yang jadi juniornya. Hal ini terjadi karena yang kecil merasa ada sesuatu yang tidak layak untuk didengarkannya dan akhirnya yang kecil berani melawan orang yang lebih tua, sebenarnya tidak akan terjadi pertikaian jika yang tua mau menjaga diri dan harus mau menjaga setiap ucapannya. Pertikaian senior dan junior hanya gara-gara salah ucap bisa kita contohkan pada tantangan tinju Al kepada Om Farhat yang nota bene sosok Om Farhat amat sangat layak dijadikan paman Al. Namun apa dikata, hanya gara-gara ada salah ucap Om Farhat terhadap ayahya Al, maka tantangan tinju Al pun tidak terelakkan. Beginilah sebenarnya lika-liku ditengah-tengah masyarakat dewasa ini. Suatu hal yang sebenarnya bisa ditemukan solusinya malah akan menjadi lebih parah karena orang yang berpikir tak acuh dalam mengeluarkan ucapan sesuka perutnya disitulah sebenarnya malah akan memperparah terjadinya polemik pertikaian, karena ucapan yang keluar secara spontan akan mudah menimbulkan beragam tafsiran bagi yang mendengarnya. Hal inilah yang sebenarnya amat keliru, dan amat sangat patut untuk dibenahi, karena ucapan yang dikeluarkan dengan sesuka hatinya akan rawan orang atau orang dekat yang keberadaannya berusaha peduli akan menjadi tersulut amarahnya. Maka dari itu penting buat kita untuk selalu berhati-hati dalam berucap, sebagai contoh saja ketika dalam berucap tidak dipikir secara hati-hati, karena ketika apa yang kita ucapkan nantinya benar-benar terwujud dan akhirnya kita tidak melaksanakannya seratus persen karena bagi kebanyakan hal yang kita ucapkan amat mustahil dilaksanakan. Dari kasus ini kita bisa melihat bagaimana Anas Urbaningrum akan bersedia melakukan perilaku yang tidak baik seperti gantung diri jika memang dirinya terbukti melakukan atas semua tuduhan yang diberikan oleh Nazaruddin dan juga bagaimana Akil Muhtar berpendapat alangkah baiknya potong tangan saja ketika ada pejabat yang karuptor. Ya alangkah baiknya ucapan-ucapan yang akan keluarkan tidak menyudutkan kita dan merugikan sekitarnya. Berhati-hati dalam berucap amat penting dan perlu untuk kepentingan kita bersama. Muhamad Fatih Rusydi (Balai Pena Surabaya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H