Mohon tunggu...
Fatih Hayatul Azhar
Fatih Hayatul Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa yang mengambil jurusan Hubungan Masyarakat. Senang mengisi waktu dengan kegiatan menulis, membaca dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Film

Menonton Film sebagai Metode Refleksi Diri

16 Februari 2023   17:55 Diperbarui: 16 Februari 2023   17:56 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Sebagai makhluk sosial tentu saja kita dituntut untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat setiap harinya. Itu adalah prinsip dasar kita dalam menjalani kehidupan dan tujuan utama dalam kebermanfaatan waktu yang diberikan. Kita dituntut untuk selalu belajar dan terbuka akan segala masukan dan pemikiran orang lain untuk kita bisa menemui jalan kebenaran, bukan pembenaran. Banyak sekali kita temui orang-orang yang merasa dirinya sudah berada di jalan kebenaran, tanpa melihat kanan kiri soal apapun disekitarnya yang mungkin bisa membuatnya menemukan arti kebenaran yang sejati itu apa. Manusia harus selalu refleksi diri, menjadi peduli terhadap sekitar dan memperhatikan hal-hal yang sudah dilakukannya dalam sehari-hari.
Salah satu metode yang menurut saya cukup menyenangkan dalam menyelami aspek pembelajaran berkehidupan adalah dengan menonton film, apalagi film syarat akan perbedaan pemahaman setelah menontonnya. Memang ada banyak hal lain seperti membaca buku, mendengarkan musik, berbincang dengan orang yang berpengetahuan di bidangnya atau hal sebagainya. Namun pendeknya saya, film mempunyai sesuatu hal yang cukup berbeda dalam menyikapi pesan-pesan tersirat kepada para pemirsa atau penontonnya. Jika kita cukup telaah dalam menonton sebuah film lebih dari hanya sekadar hiburan, maka ada ratusan makna yang bisa kita ambil dan terapkan dalam kehidupan bersosial sehari-hari. Benar memang, kita harus mengalami seribu kehidupan sehari-harinya dan film menjadi salah satu jalan agar kita bisa belajar memahami pesan-pesan tersirat yang bisa kita tangkap dari sebuah karya seni berbentuk audio visual tersebut.
Film mempunyai banyak aspek menarik. Sebuah film bisa tercipta dari hasil penyatuan visi banyak pemikiran yang dirangkum kedalam sebuah dramaturgi. Memang, tak semua film mempunyai daya tempur yang kuat dalam menyampaikan maknanya. Tapi bukannya kesalahan atau kesesatan berpikir seseorang juga merupakan pengalaman menarik yang bisa memberikan pelajaran berarti bagi kita sebagai manusia?. Kita tak akan pernah tahu film bagus tanpa pernah menonton film jelek.
Dalam kehidupan bersosial, tentu kita akan dihadapkan pada kemungkinan pertemuan jutaan atau bahkan milyaran sudut pandang manusia lainnya dalam merespon sebuah persoalan. Kita bisa mempelajari hal tersebut dari sebuah cerita film. Saya ambil contoh dari salah satu film lokal kesukaan saya, Dua Garis Biru(2019). Dalam awal masa promosinya atau bahkan saat baru diumumkan perilisan filmnya. Dua Garis Biru karya Gina S. Noer dikecam banyak pihak, bahkan sampai dibuat petisi agar film ini tidak ditayangkan. Menurut mereka, film ini akan memberikan dampak buruk pada para remaja Indonesia. Pikiran semacam ini mungkin bisa tercipta melalui visual yang terdapat di teaser trailer maupun poster. Seolah-olah pembuat film me-romantisasi kehamilan diluar nikah pada usia remaja. Apalagi edukasi seks di Indonesia masih dianggap tabu, jadi ketika Dua Garis Biru keluar dengan warna mencolok dengan beraninya. Mungkin dianggap mendobrak etika dan budaya yang dianut mayoritas masyarakat.
Tapi dari persoalan ini saja kita sudah bisa belajar soal sudut pandang. Apalagi film menampilkan ragam bentuk bahasa visual dengan jutaan interpretasi bagi para penontonnya. Dan munculnya kecaman serta petisi tersebut menggambarkan realitas dari berbagai problematika yang acapkali terjadi dalam lingkungan bermasyarakat. Si A menganggap si B seperti ini, padahal mungkin saja maksud si B mungkin tidak seperti itu. Kendali pendapat menjadi bola liar yang jika tidak ditelusuri, maka akan menjadi bola liar panas yang menciptakan lelehan hubungan antar manusia yang kian terpisah.
Perbedaan ini sangat amat bisa disiasati dengan komunikasi. Yap, komunikasi bisa menjadi senjata paling berbahaya atau lem yang merekatkan situasi dan kondisi apapun. Dalam pengalaman saya, ketika selesai menonton film. Maka kita akan saling membicarakan film yang baru saja selesai kita tonton. Dari sinilah mulai tercipta setuju dan ketidaksetujuan akan output yang diterima masing-masing penonton. Inception(2010) karya Christopher Nolan adalah salah satu film paling fenomenal yang menciptakan ruang diskusi yang tak pernah selesai. Semua pendapat memiliki dasar yang dapat diterima. Nolan dengan cerdik menempatkan suatu adegan yang saling berkaitan namun digambarkan secara abu-abu atau pasti tak pasti. Bukan karena visi Nolan labil atau tak punya pendirian, namun dia sengaja memberikan pemahaman pada penontonnya jika apa yang kita lihat di layar mungkin saja tidak sama pemahamannya dengan pikiran orang di samping kita. Ekstremnya, mungkin saja maksud Nolan tidak sesuai yang dipikirkan para penontonnya.
Banyak sekali contoh film yang mengajak penontonnya untuk mengasah pikiran kritisnya. Tapi memang harus dipahami betul jika pikiran setiap manusia bersifat abstrak dan dinamis. Setiap manusia memiliki caranya masing-masing dalam memberikan makna dan nilai terhadap suatu objek maupun subjek. Kita memang diwajibkan untuk memiliki kerangka berpikir sendiri yang kita percayai namun tetaplah mengosongkan suatu ruang untuk kita terbuka atas segala amunisi berpikir milik orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun