Pandanganku terhadap Piramida Ibu Profesional
piramida di atas membuatku flash back pada masa "kejayaanku" dulu sebelum menikah (dalam benakku) karena untuk saat ini aku belum menemukan diriku seperti yang dulu. Mungkin karena dulu masih sendiri jadi ketika bergerak kemanapun pikiran hanya fokus pada diri sendiri, pada pengembangan diri, pencapaian.
MelihatTernyata menjadi Ibu Rumah Tangga (yang dulu sempat aku idamkan dan kemudian terkabul) sangat challenging. Aku masih belum menemukan ritme untuk diriku sendiri dan keluarga. Tapi mengikuti studium generale kemarin, kembali diingatkan bahwa kunci dari segala hal adalah akhlak mulia. Dimana dari sana kita di push secara halus menjadi pribadi yang mengesankan dalam segala bentuk, bukan hanya prestasi pencapaian namun produk terbaik dari diri sendiri yang berkembang setiap saat.
Di Ibu Profesional banyak sekali ilmu-ilmu yang bisa diakses dimanapun kapanpun. Hal ini sedikit membuka pikiran saya, bahwa menjadi Ibu di ranah domestik tetap bisa mencari sudut yang ingin dikembangkan. Ternyata Bu Septi sendiri dulunya juga sama seperti ibu ranah domestik lainnya. Burn out, overthinking, menangis dsb namun kemudian mendapatkan dukungan dari pasangan yang merangkul membuka potensi. Semoga bisa mengikuti kiprah Bu Septi jadi ibu, istri, dan perempuan yang "keren". Dengan keterbatasan ini semoga tidak memupuk jiwa prokrastinasiku ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H