Mohon tunggu...
Fatihah Nuritsani
Fatihah Nuritsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Jurnalistik Fikom Unpad

Mahasiswa Jurnalistik yang senang menulis perihal Realitas Sosial, Isu Marginal, Pers, dan Kejurnalistikan.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Jatinangor: Kawasan Pendidikan Krisis Pedestrian

14 Juli 2024   15:15 Diperbarui: 14 Juli 2024   17:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jatinangor, salah satu kecamatan yang berlokasi di Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kawasan pelajar terbesar di Provinsi Jawa Barat. Hal ini ditandai dengan banyaknya Perguruan Tinggi seperti; Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN), dan sebagainya. Jalan Raya Jatinangor menjadi salah satu jalan Arteri antara Bandung dan Sumedang. Sehingga sepanjang jalan tersebut pasti dilewati oleh bus bahkan truk yang sangat besar.


Jatinangor didominasi oleh mahasiswa alias pendatang. Sebagian besar mahasiswa yang tinggal di Jatinangor melakukan mobilisasi menggunakan kakinya sendiri, alias sebagai pejalan kaki. Hal ini ditandai di sepanjang bahu jalan selalu dipadatkan dengan pejalan kaki. Lantas bagaimana realita fasilitas pejalan kaki di kawasan pendidikan terbanyak di Jawa Barat
alias Jatinangor?


1. Jalanan Rusak

Banyaknya jalan berlubang bahkan masih dipenuhi kerikil yang sangat mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Terlebih saat tiba musim hujan, jalanan yang rusak tersebut dipenuhi oleh kubangan alias sangat becek.

2. Disfungsi Trotoar
Umumnya fungsi utama trotoar sebagai sarana untuk kelancaran, keamanan, serta kenyamanan bagi pejalan kaki. Keadaan trotoar di Jatinangor sungguh menyedihkan. Tak jarang trotoar dipenuhi oleh para pedagang kaki lima. Sehingga pejalan kaki harus
memberikan usaha lebih untuk menghindari pedagang kaki lima agar perjalanannya lebih lancar.

3. Rambu Lalu Lintas Tidak Jelas
Jalanan di Jatinangor sangat minim rambu litas, bahkan jarang ditemukan tanda 'dilarang Parkir' atau 'dilarang berhenti'. Hal ini ditandai dengan banyaknya angkot yang ngetem persis di zebra cross depan Kantor Kecamatan Jatinangor. Lokasi tersebut merupakan salah satu zebra cross dengan mobilitas tertinggi di Jatinangor. Sebab, lokasi tersebut tepat di persimpangan jalan ke arah Tanjungsari alias dekat sekali dengan Gerbang Lama Unpad.


Pada akhirnya pejalan kaki di Jatinangor tidak mendapatkan hak kenyamanan saat bermobilisasi. Alih-alih kawasan pendidikan di Jawa Barat, nyatanya kesediaan fasilitas pejalan kaki di Jatinangor masih jauh dari kata 'layak'. Sebaiknya Dinas Perhubungan kabupaten Sumedang melakukan peninjauan kembali terkait trotoar dan zebra cross. Terkhusus fasilitas penyeberangan akan jauh lebih baik jika ditambahkan pelican crossing mirip dengan zebra cross. Tak hanya zebra cross, pelican cross juga dilengkapi beberapa fasilitas seperti; lampu lalu lintas, tombol difabel bagi penyandang disabilitas, serta pengeras suara.

Akankah Pemerintah Kabupaten Sumedang, khususnya Kecamatan Jatinangor bisa memperbaiki fasilitas umum khususnya bagi pejalan kaki?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun