Mohon tunggu...
Fatih Adri
Fatih Adri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Content writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mereka yang Terbunuh Oleh Tangan Jahanam Masyarakat

16 Oktober 2019   19:15 Diperbarui: 16 Oktober 2019   19:24 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sulli, Credit : Kapanlagi.com

Sayang, upaya remaja berusia 14 tahun tersebut tidak mendapat respon baik dari netizen. Banyak yang menyumpahinya untuk mati. Tak kuat menahan bully yang semakin menjadi, akhirnya Jamey menggantung diri di kamarnya pada 18 September 2011 lalu.

Jamey Rodemeyer, Credit : Wikipedia
Jamey Rodemeyer, Credit : Wikipedia
Mereka hanya segelintir korban pembunuhan dari cyberbullying. Masih banyak lagi kasus serupa yang mungkin tidak terekspose. Kebanyakan para pembully tidak sadar kalau mereka membully. Dibanding berintrospeksi, mereka lebih sering menyalahkan keberadaan korban. Atau bahkan berpura-pura menjadi bagian dari orang yang bersedih, tanpa menyadari kalau ialah salah satu pembunuhnya.

Tidak ada seorangpun yang benar-benar ingin mengakhiri hidup mereka sendiri. Meninggalkan orang-orang yang disayangi dan menyayangi mereka. Namun, tangan jahanam para haters tersebutlah yang akhirnya mendorong mereka ke dalam jurang keputusasaan dan depresi yang mendalam. Merekalah pembunuh berdarah dingin yang sebenarnya. Merasa kuat dan aman dengan berlindung dibalik nama anonymous.

Tidak semua orang memiliki mental kuat untuk bertahan. Tidak semua insan punya keberanian untuk melawan. Banyak dari mereka yang justru merasa takut dan malu. Takut untuk melawan. 

Malu untuk berterus terang. Sebagai gantinya, semua bentuk kebencian orang lain tersebut hanya disimpan dalam hati. Bagi mereka yang bisa bertahan, akan menjadi motivasi tersendiri untuk terus menjalani hidup. Sebaliknya, bagi yang tidak bisa bertahan akan terjerembab ke dalam jurang keputusasaan mendalam, yang akhirnya akan melahirkan keinginan mengakhiri hidup.

Berbagai kasus bunuh diri karena cyberbullying harusnya membuat kita semakin sadar akan keberadaan orang di sekitar. Jangan membandingkan masalah sendiri dengan milik orang lain. Masalah bukanlah sesuatu yang muncul untuk dipertandingkan. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sebuah masalah. Sebagai sesama yang memiliki masalah, justru harus digunakan untuk saling memahami. Bantu ia seperti kamu ingin dibantu. 

Credit : bridgesofpbc.org
Credit : bridgesofpbc.org
Mari hilangkan budaya bullying di antara kita, sesama makhluk Tuhan. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.  Jangan sampai ada yang terbunuh lagi oleh tangan jahanam tak bertanggung jawab. 

Berkomentarlah sebijak mungkin. Beri mereka kritik dan saran jika salah. Beri mereka pujian jika mereka benar. Karena tidak ada manusia yang bisa luput dari kesalahan. Namun, tidak ada manusia yang hidupnya merupakan kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun