Mohon tunggu...
Fatih Abdul Aziz
Fatih Abdul Aziz Mohon Tunggu... Guru - Guru

Aku berlindung dibalik rinai yang mulai jatuh menimpa senja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Pohon Tua

20 April 2016   18:27 Diperbarui: 20 April 2016   23:58 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Line"][/caption]Apa yang aku lihat ini
Bukan apa yang terjadi dulu
Lucu memang saat ku ingat
Anak kecil berlarian kesana-kemari 

Dibawah lebatnya daun rumbia
Aku ingat saat itu
Dimana kau dan aku masih berkenalan
Dengan sosok bernama hutan 

Itu dulu
Dimana kau dan aku masih
Mandi telanjang di sungai
Sambil salto di bantaran

Mana pula tempat seperti itu
Itu kan dulu ya kan
Dimana kau dan aku masih
Bermain kelereng diatas tanah gembur

Sebuah balada keadaan
Ketika datang orang-orang serakah
Membawa misi kelompok mereka
"Indonesia dalam pembangunan"

Itu teriak rendahan mereka
Sekejap pula aku berkelakar
Orang ini punya selara humor tinggi
Mana mungkin akar diganti pondasi

Mana mungkin batang diganti tembok
Mana mungkin daun diganti cor
Lalu kita nafas pakai apa pak?
Pakai uang yang kau sumpal pada mulut kami?

Haha lucu
Saat aku lihat miris anak-anak bangsa ini
Gedung-gedung tinggi mendoktrin mereka
Lihatlah itu

Anak kecil susah payah bermain layangan
Bukan karena tak ada angin
Namun kabel yang tumpang tindih
Ketika itu pula aku lihat sebatang pohon

mulai menua di ujung kota
Ia bercerita kepadaku tentang semua ini
Mungkin katanya suatu kelak
Pohon akan menjadi mitos yang nggak pernah ada kehadirannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun