Mohon tunggu...
Fatih Abdul Aziz
Fatih Abdul Aziz Mohon Tunggu... Guru - Guru

Aku berlindung dibalik rinai yang mulai jatuh menimpa senja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu 20 Meter

12 Juni 2016   15:24 Diperbarui: 12 Juni 2016   15:29 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.fanpop.com

 Aku tak tega kepada diksi-diksi pengahantar rindu. Tak berpuan, bertujuan sampai jua tidak. Kau semakin jauh. Sementara rindu ini tak kunjung menemuimu. Kulepaskan mereka kepada malam yang menuntut pelukan.

Kejauhan, pelukan itu mampir ke kekasih barumu. Menjelma tangis teruntuk puisi-puisiku. Sayup-sayup ku dengar tangisan mereka. Hatiku lebih tabah, takut mengusik kehangatanmu.

Mereka berbalik arah.
Untuk apa kalian berbalik. Bentakku
Untuk menusuk tuan. Timpalnya

Mereka menusuk dengan cepat. Langsung menuju hati. Merusak sekian banyak namamu yang kusimpan rapi. Hatiku lebih tabah sekali lagi. Walau terluka oleh puisiku sendiri. Lebih sakit daripada kau yang melukainya.

Aku salah beranggapan sok tabah. Esoknya, tanganku layu. Yang seharusnya masih melahirkan syair-syair tentangmu. Sisi lain, mataku menegang mengeluarkan linangan bening. Bukan TANGIS!!

Aku gantungkan puisiku 20 meter diatasmu. Yang siap menyurupa payung. Meneduhkan saat kau mulai kehilangan pelukan kekasihmu. Saat kau sadari itu. Puisi itu sudah tak tertera siapa pengirimnya. Sebab, aku sudah mati bersama perasaanku.

Sudut Rindu, 8 Juni 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun