Mohon tunggu...
Fatih AbAz
Fatih AbAz Mohon Tunggu... -

Indonesia asli, Suka sastra, komunikasi, fotografi, marketing, dunia kemanusiaan, organisasi, traveling, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bulan yang Sibuk

20 Juni 2013   11:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:42 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap menjelang dan memasuki bulan Ramadhan, kaum muslimin memiliki kesibukan luar biasa. Baik individu, keluarga, kelompok masyarakat dan akhirnya sampai negara memiliki aktivitas khusus dan khas berkaitan dengan Ramadhan. Kesibukan yang kita sudah semakin hafal karena ia datangnya nyaris persis berulang setiap tahun. Ya, Ramadhan adalah bulan yang sibuk di setiap tahunnya.

Kesibukan di bulan Ramadhan ini telah kita hafal betul karakternya, jelas pula kronologisnya. Mulai dari tarhib Ramadhan (semarak menyambut Ramadhan), Tarawih berjamaah, buka puasa bersama, tadarus Al Quran, menunaikan zakat fitrah dan zakat harta, memperbanyak infaq sedekah, menyiapkan perlengkapan ibadah dan menyambut Hari Raya.

Kalau boleh kita pilah kesibukan-kesibukan saat Ramadhan itu menjadi tiga jenis kesibukan. Pertama, jenis kesibukan dalam hal ibadah. Jenis kesibukan ini adalah kesibukan yang direncanakan dan dilaksanakan memang demi dan untuk ibadah semata. Itu karena Ramadhan, sesungguhnya adalah memang bulan ibadah. Dan untuk itu, sampai-sampai Allah swt menjanjikan pahala dan ganjaran berkali-kali lipat. Maka, menjadi jamak ketika memasuki dan selama bulan Ramadhan banyak kaum muslimin termotivasi dan semakin giat beribadah. Sholat berjamaah tepat waktu, puasa, tadarus Al Quran, qiyamullail, infaq sedekah, mengkaji ilmu-ilmu agama dan lain sebagainya. Apakah tradisi selama bulan Ramadhan ini berlanjut di bulan lainnya? Kebanyakan tidak. Hanya sebagian kecil orang meneruskannya.

Kedua, jenis kesibukan yang hadir karena momentum. Kesibukan jenis ini bukan kesibukan ibadah tetapi ada hubungannya dengan ibadah meski sedikit saja. Kesibukan seorang ibu rumah tangga mempersiapkan aneka hidangan berbuka puasa adalah contohnya. Kesibukan jenis ini hanya ada di bulan Ramadhan. Kesibukan ini dibulan-bulan lain akan sulit ditemukan.

Kesibukan ini bisa bernuansa ibadah, bisa juga tidak. Ia tidak termasuk jurusan ibadah karena hakekatnya aktifitas ini hanyalah pendukung saja. Apalagi jika yang namanya kegiatan pendukung ini justru menghabiskan banyak waktu dan konsentrasi. Sehingga peluang melakukan amalan ibadah yang lebih nyata justru berpotensi terabaikan. Ia bisa bernilai ibadah karena ada unsur pelayanannya, ada unsur sedekahnya.

Ketiga, kesibukan yang bukan dalam rangka ibadah , bukan pula pendukung atau bernuansa ibadah. Kesibukan jenis ketiga ini adalah kesibukan penggembira. Kesibukan penggembira, adalah kesibukan yang mengambil manfaat dari datangnya momentum Ramadhan tetapi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Ibadah dan Ramadhan. Kesibukan ini merupakan ekspresi dari sikap-sikap oportunis lantaran adanya momentum Ramadhan yang boleh jadi bisa mendatangkan manfaat ekonomis.

Maka dilayar televisi, kita sudah hafal betul selama Ramadhan nyaris seluruh stasiun telvisi tayang 24 jam non stop. Acara bertemakan Ramadhan digeber habis-habisan. Muncullah program acara yang menemani kita saat sahur, setelah subuh, agak siang diisi dengan acara kuliner, dan sore kembali diramaikan dengan acara ringan menjelang berbuka. Apakah program acara tersebut berorientasi ibadah? Sebagian kecil iya, sisanya cuma berisi lawak banyolan tanpa makna, kuliner menu berbuka puasa, wisata jalan-jalan dan promosi produk. Program acara seperti ini disuguhkan cuma demi ekonomi, karena momentum Ramadhan adalah saatnya manusia justru menjadi begitu beringas dalam soal konsumsi. Pola konsumsi masyarakat sudah sangat dihafal oleh para produsen sehingga momen Ramadhan adalah momen yang tak boleh dilewatkan untuk mendongkrak pendapatan.

Maka menjadi masuk akal para produsen menggenjot belanja iklan untuk mempromosikan produk-produk mereka. Mulai dari sirup, pakaian, sarung, kecap, mie instan, biskuit, sandal sepatu, asesoris, sampai kendaraan bermotor. Produsen makanan menjadi pihak yang paling ‘berkepentingan’ menghadapi bulan Ramadhan.

Menjadi jelaslah bagi kita, bahwa gempuran iklan selama Ramadhan telah menjadi salah satu senjata paling ampuh yang menggiring perilaku konsumsi kita. Maka Ramadhan meski berjuluk bulan puasa, bisa menjadi bulan paling boros dalam konsumsi. Yang mestinya bulan penghematan, justru menjadi bulan dengan kenaikan harga-harga. Dan celakanya lagi, kita telah begitu mudah tergoda untuk mengkonsumsi, membeli aneka rupa demi sebuah pesta yang bernama Hari Raya. Urusan peningkatan ibadah telah pudar sejak pekan pertama Ramadhan. Yang bernama peningkatan spiritual telah beralih pada kegiatan seremonial, karena yang bermakna Hari Kemenangan itu telah lebih dulu terdegradasi maknanya menjadi pesta Hari Raya.

Sebuah pesta, apapun jenisnya tentu harus dirayakan dengan kelengkapan sebegitu rupa. Baju baru, sajadah baru, sarung dan mukena baru, makanan aneka macam, minuman aneka rasa, sampai pagar rumahpun dicat baru. Tanpa barang-barang baru itu rasanya kurang mantap disebut Hari Raya. Segala kebaruan itu barulah dianggap pantas sebagai simbol Hari Kemenangan.

Karena itu, logislah jika saat Ramadhan, masjid-masjid dan surau-surau hanya Ramai dipermulaan untuk selanjutnya kembali sepi. Apa yang menjadi keramaian itu telah berpindah ke penjuru swalayan dan pusat perbelanjaan. Kesibukan ibadah telah berpindah menjadi kesibukan Konsumsi.

Jadi, datangnya Ramadhan bagi sebagian orang, kelompok atau institusi, menjadi kesempatan atas datangnya kesibukan, tetapi bukan kesibukan ibadah. Kesibukan jenis ini lebih didasari karena motif ekonomi, politik, atau bahkan pencitraan. Kesibukan Politik? Ya, karena momen Ramadhan pastilah menjadi momen yang tepat untuk melakukan berbagai strategi Sosialisasi berbagai tokoh politik. Aneka pameran kedermawanan akan mudah kita tonton atau saksikan dianeka media cetak. Tokoh-tokoh ini, sama seperti kelompok masyarakat lainnya, saat Ramadhan menjadi pihak yang sibuk.

Hari ini sibuk pengambilan gambar untuk foto baliho, besok buka puasa dengan ratusan yatim, lusa dengan ibu-ibu PKK, esoknya lagi pemberian santunan di kampung kumuh, malamnya ngisi ‘sambutan’ sebagai ganti kultum tarawih, untuk kemudian esok paginya bagi-bagi sembako.

Hampir semua orang di bulan ramadhan akan meningkat kesibukannya. Tapi sekarang kita sudah mengerti, ada jenis kesibukan yang memang untuk ibadah, ada juga peragaan kesibukan yang lain. Dan kesibukan yang lain itu realitanya seringkali lebih menyita perhatian sekaligus menguras anggaran. Tugas kita adalah fokus pada kesibukan jenis pertama sembari waspada dengan dua jenis kesibukan lainnya. Sederhana, mari sibuk dengan kesibukan jenis pertama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun