Mohon tunggu...
Fath Wiladisastra
Fath Wiladisastra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Majalengka

Pelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen-Z dalam Kapitalisme Demokrasi, Terjerat Gaya Hidup Materialistik

19 Oktober 2024   02:26 Diperbarui: 19 Oktober 2024   02:26 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi Agenda kajian Smart With Islam Majalengka

Dari mixue hingga labubu, dari judol hingga pinjol, dari check out hingga s-pay letter. Teknologi yang mumpuni sehingga mampu memuat beragam informasi, serta merubah kebiasaan dari setiap lini, bahkan mempermudah transaksi. Nyatannya juga membawa dampak psikologi bagi milenial hingga gen - Z.

Banyak influencer dengan segala kesempurnaan pada kontennya, tak ayal membuat kita merasa terbelakang sehingga berdampak pada ego agar kitapun bisa setara dengan dia. Hingga akhirnya beragam carapun dilakukan yang penting kita bisa eksis dan bisa ikut tren tentunya.

Salah satu fenomena yang sedang viral saat ini adalah labubu, berapa banyak orang yang rela antre dan berdesakan bahkan dari sebelum matahari terbit. Sungguh miris, karena salah satu artis semua orang jadi narsis dan ketinggalan tertinggal trend atau yang lebih dikenal dengan istilah FOMO.

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. FOMO mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem rusak ini mengakibatkan gen Z  bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Mereka lupa bahwa semuanya akan dihisan atau diperhitungkan nantinya.

Akibatnya terjadi pengabaian potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan.  Apalagi Regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO. Demi ego semata prinsip hidup Islami mulai luntur di kalangan umat manusia, terutama pemuda.

Islam memandang Pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. 

Islam memiliki Sistem terbaik untuk melejitkan potensi gen Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun Kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun