Siapa yang tidak kenal dengan mantan menteri badan usaha milik negara (BUMN)  Dahlan iskan, nama yang tiba-tiba menarik terpuruk dalam kerumitan birokrasi dan ketiadaan orang yang menjadi doer. Dahlan iskan hadir dengan tindakan-tindakannya, sementara orang lain hanya bisa berwacana, berangan-angan, dan berharap ada pihak lain yang melakukan perubahan tersebut. Dahlan iskan  pun tak luput dari segala keterbatasannya, baik di masa lalu maupun sekarang. Namun angin perubahan telah berhembus. semenjak beliau terkena kasus tentang kasus pengadaan mobil listrik oleh Kejaksaan Agung dan ditetapkan sebagai tersangka sejak 26 januari 2017 banyak orang-orang disekitar kita yang tiba-tiba langsung beranggapan bahwa itu adalah korupsi. Berawal dari kesepakatan tiga BUMN untuk membiayai pengadaan mobil listrik senilai kira-kira Rp 32 miliar.
Tiga BUMN tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Perusahaan Gas Negara (PGN), dan PT pertamina. Belasan mobil listrik tersebut rencananya akan digunakan saat konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Nusa Dua, Bali, oktober 2013. Di dalam kasus tersebut kita bisa berfikir dan menganalisa apakah iya, memang benar Dahlan iskan dalang dari semua ini entah itu benar ataupun salah bisa jadi ada ognum lain. Padahal kalau kita lihat menurut etika, kita tidak boleh menuduh atau berburuk sangka tanpa kita tahu dan menganalisa apa yang sebenarnya tejadi.Â
Dalam kasus tersebut pasti banyak hikmah yang dapat kita ambil!. Pasti dibalik semua ini ada manfaat yang dapat kita ambil meski pun hanya sebiji sawi minimal itu dapat menyadarkan kita tentang perbuatan dan perilaku kita, kalau misalkan kita sudah menjadi pejabat negara.
Semoga bermanfaat yaa!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI