Warning!: Tulisan ini mengandung konten pribadi. Niatnya cuma sharing. Merasa tidak nyaman sok close saja. Opini sesuai pengetahuan dan pemikiran saya. Anda tidak senang tulisan saya, saya tidak membenci anda. Ini style saya sok urusin style sendiri. #NamanyaJugaHidup.
Ada satu hal yang terbayang dan menganggu pikiran saya tentang Martunis yang bisa terjadi nantinya. Yaitu politisasi statusnya sebagai pemain muda Sporting Lisbon. Ternyata memang benar-benar terjadi dan sangat kurang ajar. PSSI yang notabene sudah banyak salah, terkadang tidak mengerti apa itu sepakbola secara harfiah dan gila hormat melalui akun twitternya mengklaim Martunis sebagai pembinaan usia dini yang berhasil oleh mereka.
Loh, PSSI siapanya Martunis? Saya dengar dari adek saya yang suka main bola dan futsal bahwa Martunis hanya main bola di Tibang atau desa tempat tinggalnya saja dan SSB lokal tanpa ada kaitan langsung dengan PSSI. Bahkan dia ikutan seleksi U-19 tapi tidak lewat setahu saya. Jadi dimana pembinaan usia dini nya wahai PSSI?
Mungkin info ini agak telat saya dapatkan dari laman topskor.co.id tapi setidaknya saya cukup kesal dengan tingkah laku PSSI yang kesekian kali ini. PSSI nampaknya kalap habis pembekuan sehingga apapun dilahap. Entah mau naikkan citranya agar tidak dibilang gak menghasilkan prestasi tapi kok dompleng nama orang.
Saya sempat buka lagi akun twitter @PSSI__FAI ternyata mereka sudah hapus tweet tersebut setelah dihajar netizen. Tapi ya keburu kesebar di media kali bro. Masak iya mau bilang bukan kita yang bikin tweet itu.
"Maaf bro dibajak" jangan-jangan PSSI sempat berpikir ngetweet gitu yq biar gak malu.
Duh udah organisasi tidak beres eh main klaim aja. Sudah tidak punya cara lain untuk menutupi borok kali ya?
Setelah mengecek tweet yang sudah dihapus tentang Martunis eh saya melihat profile PSSI penuh dengan tweet berisi tautan tentang artikel propaganda menyerang menpora melalui asprov mereka di daerah. Ya wajar Asprov daerah mah nunduk sama induknya, kalo macam-macam ya bakal diberhentiin. Jadi nulisnya ya bela PSSI aja dah. Hebatnya lagi menjadikan Bung Towel sebagai Jubir. Memang sih kredibilitas mempengaruhi orang untuk mendengar pesan makanya dipilih bung Towel tapi saya sudah kurang senang sama bung Towel. Masak di towel PSSI mau aja jadi Jubir mending komentator aja dah biar kagak masuk Sepakbola berkedok Politik. Cerdik sih tapi kalo udah gak beres ya gak beres aja gak usah banyak gaya.
PSSI selama masih ada La Nyalla, Hinca maupun Djoko Driyono atau ada orang politik disana bakal gini terus. Nampang ajah tapi sulit menjadikan sepakbola wajah Indonesia. Mending buka tipi nonton Copa America plus nulis opini tentang #CopaAmericaKompasTV daripada ngurusin PSSI yang makin gak sadar diri!
Ditulis oleh Fathurrahman Helmi. Fisiknya Oriental, Jiwanya Aceh tapi Hatinya berlabuh di Bandung. Lahir untuk mengamati dan diamati orang lain. Salah satu Atjeh Pungo. Penulis Buku Kumpulan Puisi “Aku, Bola dan Sepatu”. Moderator Bedah Buku dan Seminar di Universitas Telkom. Menyukai dan Terpengaruh oleh Karya Kahlil Gibran dan Imam Al-Ghazali. Menulis Opini tentang Filsafat, Komunikasi, Politik hingga Komedi. Mahasiswa Konsentrasi Marketing Komunikasi, S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H