Warning!: Tulisan ini mengandung konten pribadi. Niatnya cuma sharing. Merasa tidak nyaman sok close saja. Opini sesuai pengetahuan dan pemikiran saya. Anda tidak senang tulisan saya, saya tidak membenci anda. Ini style saya sok urusin style sendiri. #NamanyaJugaHidup. Apa yang seharusnya didapatkan seseorang yang telah berkerja keras selama waktu tertentu? penghargaan, pujian atau insentif? Tergantung dimana anda berkerja dan untuk siapa. Jika di Militer pasti kenaikan pangkat, jika bekerja seperti saya yang Public Speaking ya diberi honor maupun sertifikat, jika di perusahaan swasta mulai dari kenaikan honor hingga insentif, bonus maupun tunjangan lainnya.
Tapi jaman sudah berubah semenjak Dijah Yellow menguasai peradaban Sosial Media. Banyak orang yang sudah bekerja keras dapatnya ya terima kasih doang, banyak orang yang kerja sekuat tenaga dapatnya kata-kata semangat saja tanpa dibantu, bahkan sudah kerja dengan rela berkorban eh dianya jadi korban karena tidak dihargai secara finansial maupun eksistensi diri.
Hidup itu berat bro! Capek dengar kata itu sih tapi memang ada beberapa orang yang malah memberatkan kehidupan orang lain dengan tidak mengucapkan kata terima kasih padahal sudah dibantu. Mereka yang membantu bukan haus uang maupun penghargaan. Minimal diakuilah dia melalui kata-kata seperti terima kasih.
Saya kemaren malam sempat mengubek-ubek facebook saya. Kemudian melihat status saya yang sangatlah membuat seorang Fathur tergelitik. Karena kalau discroll kebawah sangat lama akibat di era lampau jadi saya sedikit cuplik kira-kira seperti ini. Syair dari Muda Balia (Seniman Aceh) terdapat kalimat: Manoek yang toeh boh, Leumoe yang cok nan. Iya bro iya itu basa Aceh dan akan saya translate kan yang artinya: Ayam yang bertelur, Sapi yang terkenal. Mengerti maksudnya? Jika anda sudah membaca judul saya ya pasti anda tahulah hehe.
Apa maksudnya dari Ayam yang bertelur, Sapi yang terkenal? sebelum itu saya jelasin buat yang tidak paham kenapa sapi terkenal? iya sapi terkenal karena ada proses yang panjang namun bersejarah hahaha. Telur yang dikeluarkan oleh seekor ayam akan diambil dan dijual oleh penjual telur baik itu kelontong sampai supermarket. kemudian dibelilah telur itu oleh seorang ibu dan membawanya ke rumah. Iya membuat makanan dengan telur sebagai salah satu lauk nya. Dengan sedikit berteriak merayu dia berkata: "Ayo semuanya mamah udah masak TELUR MATA SAPI nih" Seluruh keluarga di ruang tamu menyerbu kesana bukan karena TELUR MATA SAPI karena memang LAPAR dan sudah jam MAKAN MALAM ahaha. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="telur mata sapi"][/caption] Saya mem-bold kata Telur Mata Sapi. Kenapa? karena disitulah Sapi jadi terkenal. Bayangkan dari cerita yang saya buat dadakan itu telah menjelaskan maksud dari syair: Manoek yang toeh boh, Leumoe yang cok nan (Ayam yang bertelur, Sapi yang terkenal (Telur Mata Sapi) ) Kenapa nama telur dengan sebuah bulatan kuning dan dilingkari dengan putih telur tersebut bisa dipakaikan nama sapi? padahal ayam yang bertelur? saya pikir ayam akan nyesal bertelur jika dia adalah ayam di perternakan. "Mana telur ayamnya? kita bikin telur mata sapi yok!" Duh ahaha.
Tapi, inti dari tulisan ini sebenarnya bukan perkara kenapa namanya malah memakai kata sapi padahal punya ayam. Intinya adalah setelah ayam bekerja keras menghasilkan telur yang bisa dimakan manusia tapi kenapa yang malah disebut-sebut adalah sapi yang tidak bertelur. Jika di dunia yang secara umum dan sangatlah maju saat ini adalah mereka yang sudah berkerja keras untuk perusahaan atau daerah bahkan negaranya tapi yang dibanggakan dan dipuja-puji malah orang lain. Bisa dibilang seperti yang terjadi saat keluar film Tjokroaminoto. Bagaimana seorang gurunya guru bangsa malah diakui setelah filmnya sukses di pasaran. Sebelumnya? namanya hanya dibahas oleh sejarawan. sementara murid-muridnya seperti Bung Karno yang dikatakan Bapak Bangsa hingga seorang aliran kiri seperti Kartosoewirjo yang lebih diakui dalam sejarah Indonesia. Tan Malaka? ah ketika beliau hilang dan tidak tersisa jejaknya lagi baru semua sibuk membahas beliau. Padahal beliau termasuk dengan Sutan Sjahrir, M. Hatta maupun Soekarno adalah 4 orang yang saling bahu membahu membangun pondasi bangsa. Banyak sejarawan yang bilang Tan Malaka adalah termasuk Pendiri Bangsa.
Itu masa dulu. Sekarang? yang saya suka untuk bahas adalah Adipura. Iya Piala untuk daerah yang bersih dalam penilaian setiap tahunnya ini memang didapatkan juga di kota saya di besarkan di Aceh. Tapi apakah mereka yang bekerja untuk itu sudah diakui dan diberi minimal penghargaan dalam bentuk bonus? Tapi yang terkenal ya Walikotanya atau pimpinan di dinas terkait. Memang sih mereka yang punya konsep tapi jika tidak ada eksekutor itu konsep jadi apa? kan kata orang juga Talk Less Do More cuy! (Bukan Iklan). Keamanan di daerah rumah anda terjamin dan kemalingan selalu bisa diatasi? yang naik pangkat dan dapat penghargaan kok yang di polsek? kamtibmas maupun trantibnya jadi apa? sampai tua gitu-gitu saja, duduk di pos kamling dengan sarung kadang sendiri saja plus kentongan. Pulang ke rumah minta dikerok pakai koin karena memang cuma dapat beberapa koin saja untuk berjaga. Padahal mereka juga andil dalam hal melakukan pengamanan bahkan tanpa perlu diminta.
Yang parah? jika anda mahasiswa dan sering kerja kelompok maupun membuat tugas bareng kelompok. Ketika awal sudah bagi tugas dan siap nugas bareng eh pas pertengahan sampai akhir kok kita sendiri saja yang kerja ya? Ketika presentasi mereka pada dateng dan pas nilai sama-sama dapat bagus setelah itu dipuji. Kita? makan hati aja bro h-ati ampela :(
Banyak lagi sih yang bisa dijadikan contoh kerja keras kita tapi yang diakui malah mereka. Namanya juga hidup, tidak selamanya mulus seperti paha.... iya pahabol, pemain bola Persipura yang mulus pas nendang bola kemudian semuanya teriak GOOOOOOLLLLLL. #NoOffense !
Ditulis oleh Fathurrahman Helmi. Jiwanya untuk Aceh, Fisiknya Oriental tapi Hatinya berlabuh di Bandung. Lahir untuk mengamati dan diamati orang lain. Penulis Buku Kumpulan Puisi “Aku, Bola dan Sepatu”. Moderator Bedah Buku dan Seminar di Universitas Telkom. Menyukai dan Terpengaruh oleh Karya Kahlil Gibran dan Imam Al-Ghazali. Menulis Opini tentang Filsafat, Komunikasi, Politik hingga Komedi. Mahasiswa Konsentrasi Marketing Komunikasi, S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H