Mohon tunggu...
fathur rahmansafawi
fathur rahmansafawi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Politik Luar Negeri Kesultanan Aceh dan Turki pada Masa Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahhar

15 Desember 2023   20:22 Diperbarui: 15 Desember 2023   20:22 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kedatangan bangsa Turki di nusantara, khususnya di Aceh, bermula ketika para saudagar Turki  mengikuti saudagar Arab, Persia, dan India yang mulai berdagang dengan Tiongkok dan kawasan Asia lainnya. Kerja sama antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Utsmaniyah dimulai di bawah kepemimpinan Sultan  Alauddin Riayat Syah. Di bawah kepemimpinan Sultan Alauddin Riayat  Shah, Aceh mengalami perkembangan  signifikan di bidang politik, militer, perdagangan dan agama. Program utama Sultan Alauddin Riayat Syah adalah meningkatkan perdagangan dan  Untuk menjamin keselamatan para pedagang setelah menumpas imperialis Portugis di wilayahnya. Program ini merupakan program yang disetujui yang merupakan kelanjutan dari kebijakan Sultan Ali Mughayat Syah

Ada empat dari mereka  kebijakan yang ditetapkan oleh sultan  Alaudin Riayat Syah as  pelaksanaan program utama.  Kebijakan ini harus dibuat  Bandar Aceh Darussalam seperti  ibu kota dan pusat administrasi,  untuk memperkuat  wilayah yang ditaklukkan oleh  Sultan Ali Mughayat Syah, dibangun  tentara dan keterlibatan  kerjasama luar negeri. Upaya diplomatik  dijalin menjadi beberapa bidang intinya  Negara-negara Muslim seperti India dan  Turki, tujuannya adalah  untuk memajukan persatuan nasional  Islam

Hubungan Aceh dengan Turki Usmani  secara resmi menandai kedatangannya  Duta Besar Aceh di Istanbul, Turki  pada  tahun 1547. Trkiye menanggapi hal itu  Utusan yang dikirim oleh Ottoman  Dia berangkat ke Aceh pada tahun 1565. Itu saja  ditegaskan melalui surat sultan  Alauddin Riayat Syah  7 Januari  Tahun 1566  dibawa oleh duta besar dari Aceh  ke Istanbul. Faktanya, hubungannya   antara Aceh dan Turki  Kesultanan Utsmaniyah sudah ada sejak Aceh  berada di bawah kepemimpinan sultan  Ali Mughayat Syah. Saat itu Sultan Ali  Mughyata Syah sedang berada di puncak hubungan   lahir dari idealisme pan-Islamisme  dalam berbagai bentuk kerjasama. Sebagai wali Ottoman Trkiye  adalah kekuatan terbesar di dunia  mengukir sejarah di Aceh dan  Melayu dalam penyebaran Islam. Pertunjukan Turki  dan  menunjukkan wajah Islam   Faktanya, ini adalah Islam yang damai  dan toleran. Jadi diplomasi  didirikan oleh Kesultanan Aceh  dengan Kesultanan Utsmaniyah  merupakan elemen penting   Perkembangan peradaban Islam di  Aceh, Malaya dan Kepulauan. Hal ini  dapat dilihat pada naskah kuno  Bahasa Melayu itu seperti Hikayat  Iskandar Zulkarnai, Kisah Amir  Kisah Hamzah dan  Muhammad  Hanayah.

KERJA SAMA DAKWAH ACEH DAN TURKI

Proses penyebaran Islam di wilayah tersebut  Bahasa Melayu adalah suatu hal yang unik  dan berbeda dengan daerah lain,  terutama di Eropa dan Timur  Tengah. Proses penyebaran agama  Islam di Kepulauan Melayu dan Indonesia  dilakukan secukupnya atau  Wasathiyah dalam damai sejahtera. Prosesnya dipersonalisasi  Karakter lokal masyarakat Aceh adalah tenang dan penuh kelembutan,  jadi digunakan untuk itu  paradigma yang digunakan dalam paragraf tersebut  Para misionaris berkhotbah. Misi  penyebaran dan dakwah Islam  di dan sekitar Aceh  dilakukan  bersama-sama dalam gotong royong  misionaris dari Arab, Persia dan  India. Hal itu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan  maksud dan tujuan pendistribusian  Islam di nusantara khususnya di Aceh  dan wilayah Melayu. Kedaluwarsa  dilakukan bersama-sama  tujuan juga dapat dilaksanakan  mudah tanpa perang.

Setelah melakukan kerjasama dengan kesultanan Turki  Ottoman, Aceh membantu dalam pertempuran tersebut  penjajah dan menjadi penjaga di kapal pengangkut jamaah haji  dari nusantara, terima kasih atas kerjasamanya  didirikan antara Aceh dan Ottoman Trkije  status kapal haji  Dari Haji Nusantara khususnya Aceh  dan bahasa Melayu menjadi semakin baik   membuatnya mudah. Kerjasama  dilakukan  antara Aceh dan Turki Ottoman,  untuk memberikan jalan yang luas dan lebar  dan memberikan keberadaan   Jawa dan Indonesia  berada di Tanah Suci (ulama dan santri  yang belajar dan  menyebarkan ajaran Islam)

Dalam diplomasi agama Aceh dan  Jaringan Spiritual Ottoman Turki   Ulama berkembang pesat. Berpengalaman di Aceh dan Turki Ottoman  tahap baru. Karena diplomasi terus berlanjut  Abad ke-17  lebih bersifat budaya,  atau semi-evolusi  religius dan intelektual. masalah ini  ditandai dengan hubungan ulama Turki  Usmani yang didirikan di Mekkah, Madinah dan menjadi seorang guru   Pendeta Melayu-Indonesia  untuk menuntut ilmu di Tanah Suci. pendeta  Ini adalah Ibrahim al-Quran,  seorang ilmuwan terkenal dari Turki  Dinasti Usmani yang menulis kitab Ithaf alDhak, khususnya kitab ini  untuk  menjawab permasalahan sastra saat ini  Kesultanan Aceh yang bersengketa  Wahdatul tasawuf berbentuk kitab  ditularkan melalui murid-muridnya,  Abdurrauf Singkel. Abdurrauf Singkel  adalah penyelidik utama  Kesultanan Aceh pada abad ke-17. Kekaisaran Ottoman menawarkan  perhatian khusus pada buku   ditulis oleh Al-Qur'an karena bukunya  Itu memperkuat hubungan  Turki Ottoman dan Aceh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun