Kue Samprong atau "kue ruku"  merupakan Kuliner khas pelengkap hidangan Idul Fitri dan  Idul Adha  yang disuguhkan mayoritas warga di Bumi Murakata selain Tape Ketan dan Ting-Ting Jahe.
Keluarga Arbainah yang bertempat tinggal di desa Banua Budi RT. 3 Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu pembuat Kue Samprong yang sudah dikenal luas masyarakat dan merintis usahanya sejak tahun 1996.
Menurut Arbainah menjelang idul fitri kemarin menerima banyak pesanan dari warga sekitar dan luar, untuk jasa satu liter pembuatanya kue samprong dengan bahan baku dari pemesan seharga Rp. 18.000,- sementara apabila bahan baku kue samprong disediakan dirinya harganya menjadi Rp. 40.000,-.
"Pembuatan kue samprong memang masih musiman dan tergantung pesanan, bila banyak pesanan tentu keuntungannya pun lumayan dan memperkerjakan beberapa anak  untuk menambah uang jajan dan tabungan mereka,"katanya.
Bahan baku pembuatan kue samprong antara lain beras, gula, telor, mentega, valini dan kelapa adapun jenis beras yang baik digunakan sejenis IR atau beras juga dapat diganti dengan tepung beras bermerk tertentu sehingga menunjang proses pembuatan dan kualitas akhir kue.
Proses pembuatannya beras direndam setelah itu ditiriskan untuk dihaluskan menjadi tepung di pabrik penggilingan, tepung dicampur dengan bahan lainnya dengan kadar air secukupnya kemudian disiapkan ke cetakan khusus yang dipanaskan dan campuran bahan dimasukkan tipis-tipis ke cetakan setelah matang  dilipat membentuk gulungan, kembang, atau pun segi empat.
Menurutnya dalam sehari keluarganya dapat membuat kurang lebih 5 sampai 7 liter dengan bahan pemanasnya kayu bakar  walaupun sebenarnya paling bagus menggunakan minyak tanah namun karena harga minyak tanah didaerahnya mahal seharga Rp. 7.000,-/liter pengunaan minyak tanah tidak memungkinkan dan menguntungkan.
Suami Arbainah Mahyudin menjelaskan produk kue samprongnya tidak menggunakan kemasan karena hasil produksinya langsung diambil pemesan dengan toples atau pun bakul yang sudah disiapkan serta benar-benar bebas dari bahan pengawet dan terjamin kualitasnya bahkan pemesan dapat langsung melihat proses pembuatannya.
"Kami yang memiliki usaha kecil rumahan sangat membutuhkan bantuan permodalan untuk dapat meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan karena selama ini untuk mengembangkan usaha murni dari modal sendiri sementara untuk meminjam dari lembaga keuangan atau Bank tidak punya akses dan pengalaman,"katanya.
Ditambahkannya beberapa tahun yang lalu usaha kue samprongnya bahkan pernah menjuarai lomba kuliner hingga membawa nama desa hingga ke pulau jawa dan pernah dijanjikan akan dibina untuk mendapatkan permodalan tapi hingga saat ini janji tersebut belum terealisasi padahal usahanya juga potensial menciptakan lapangan kerja dengan memperkerjakan warga sekitar.Â