Mohon tunggu...
Fathur Fdj
Fathur Fdj Mohon Tunggu... Pewarta Lokal -

Pewarta Lokal

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Dapur Negara" di Tengah Gempuran Gas Elpiiji

15 Agustus 2016   03:43 Diperbarui: 15 Agustus 2016   07:47 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengrajin Dapur Nagara (Sumber : Doc. Pribadi)

"Dapur Negara" merupakan tungku bakar api untuk memasak tradisional  yang terbuat dari tanah liat dan secara turun temurun dibuat puluhan keluarga yang bertempat tinggal di Jalan Bintara, RT 3 desa Bayanan, Negara, Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Propinsi Kalimatan Selatan.

Salah satu pembuat Dapur Negara Yayang menjelaskan bahwa usaha pembuatan dapur negara ini digelutinya sejak kecil dan usaha keluarga yang diwariskan sejak kakek Neneknya dan masih bisa bertahan hingga saat ini walaupun digempur oleh  gas elpiji yang menawarkan ke praktisan.

Diakuinya memang pesanan dapur negara sejak ada tungku dapur gas elpiji jauh berkurang baik lokal maupun dari luar daerah namun tetap ada pesanan baik dari Banjarmasin, Tanjung, hingga Kalimantan Tengah, dibandingkan dengan gas elpiji dapur negara memang bisa digunakan untuk membakar ikan dengan kayu.

"Pemesan yang datang kalau datang dari daerah lokal mereka membawa sendiri namun untuk pesanan ke Banjarmasin biasa menggunakan kelotok atau membawa dengan mobil,"ujarnya.

Ragam Ulahan Dapur (Sumber : Doc. Pribadi)
Ragam Ulahan Dapur (Sumber : Doc. Pribadi)
Untuk harga per seratus buah dapur, satu dapur atau tungku dihargai Rp. 6 ribu untuk kuallitas terbaik namun untuk kualitas yang kurang bagus diharga antara Rp. 4.5 ribu hingga Rp. 5 ribu, dan pedagang eceran menjual lagi dengan harga Rp. 8 ribu perbuah, di sentra miliknya juga melayani penjualan baik eceran maupun borongan.

Bahan untuk membuat dapur negara yaitu tanah liat bisanya didapat dari warga sekitar atau dibeli dari pengumpul seharga Rp. 35 ribu per perahu, satu perahu bisa menghasilkan 70 buah dapur atau tungku.

Diungkapkan pria sudah yang memiliki tiga anak ini, untuk satu bulan dirinya memperoleh penghasilan kotor Rp. 2 Juta namun dikurang biaya operasional, bahan dan tenaga kerja bersih Rp. 1 Juta untuk keperluan hidup dan disisihkan untuk kelanjutan usaha.

"Pembuatan di sentra kami memakai 6 buah tungku pembakaran dapur, untuk 100 buah dapur dibutuhkan waktu 15 hari kerja itupun kalau cuaca panas mendukung untuk penjemuran namun bila musim penghujan akan jadi lambat selesainya,"ujarnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun