Mohon tunggu...
Fathur Fdj
Fathur Fdj Mohon Tunggu... Pewarta Lokal -

Pewarta Lokal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bapantul, Tradisi Melawak Asli Barabai

31 Juli 2016   10:49 Diperbarui: 31 Juli 2016   11:18 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenian Tradisional Bapantul merupakan kesenian lawak yang banyak masyarakat telah mengetahuinya, khususnya masyarakat Hulu Sungai Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan  karena memang kesenian ini lahir dan berkembang di kawasan Hulu Sungai dan berkembang seiring dengan tarian Bagandut, Batopeng Wayang dan Bakuntau.

Salah satunya warga setempat Syamsudin menjelaskan desa Panggung Barikin kecamatan Haruyan Kabupaten hulu Sungai Tengah yang masih kental termasuk tradisi Bapantul atau melawak dimana didukung  suasana tradisionalnya serta masih menyimpan bentuk-bentuk kesenian semacam ini dan biasanya yang mengelola terdiri dari satu tokoh adat yang memiliki kekuatan irasional dan hirarki yang kuat di kalangan masyarakatnya.

Kesenian Tradisional Bapantul merupakan hiburan segar yang jenaka dan mampu membuat penontonnya tertawa, padahal propertinya cukup sederhana, yang utamanya adalah sebuah topeng yang dipakai oleh seniman yang berperan tergantung dari karakteristik topeng tersebut.

Topeng ini bisanya bukan topeng tokoh pewayangan tetapi topeng yang menunjukkan mimik muka yang lucu dan jenaka, sehingga apabila orang yang melihatnya diharapkan akan langsung tertawa.

Musliha, salah satu warga desa panggung Kecamatan Haruyan menuturkan sangat senang dan terhibur dengan adanya pertunjukan bapantul karena tingkah polah lucu para pelaku atau pemain bapantul sangat unik dan mengundang gelak tawa para penonton yang melihatnya.

“Biasanya di desa kami, setiap peringatan hari-hari besar islam maupun nasional akan menampilkan pertunjukkan bapantul sekaligus panjat pinang yang di iringi dengan music gamelan yang dibawakan oleh seniman setempat,” katanya.

ini salah satu cara warga kami, untuk tetap melestarikan seni budaya agar tidak pudar karena tergerus arus perkembangan tekonolgi yang kian maju.

*Foto Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun