Mesjid Keramat Pelajau di  Desa Pelajau Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu mesjid tertua, memiliki keistimewaan dan kekhasan tersendiri, sering dikunjungi masyarakat lokal ataupun dari luar daerah.
Menurut Tokoh Masyarakat Jayadi, warga sering berkunjung ke mesjid baik dalam rangka berziarah atau pun karena ada hajat tertentu agar dapat terkabul, diyakini mesjid ini memiliki rahasia tersendiri dan sejarah penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan.
Namun keberadaan sungai Palayarum sekarang sudah mati dan ditumbuhi oleh pohon-pohon-pohon rumbia, padahal sebelumnya air mengalir dari pegunungan Meratus melalui sungai batang alai, sungai Palayarum ini menjulur ke sungai Buluh sampai ke Negara dan terus ke Banjarmasin yang merupakan pusat dari Kerajaan Banjar.
"Pada Daerah lereng pegunungan Meratus  yang bertemu dengan dataran rendah ini, terdapatlah pusat kediaman  penduduk yang tertua di Kalimantan Selatan, memanjang dari utara  ke selatan yaitu Muara Tabalong, Kelua sampai pada Amuntai atau yang lebih dikenal dengan Negara Daha, Sungai Alai Birayang dengan ranting sungai-sungainya seperti Sungai Kambat dan Sungai Palayarum yang semakain mengalami pendangkalan karena erosi"ujarnya.
Dijelaskannya sungai Palayarum dahulu merupakan satu-satunya  urat nadi perhubungan yang dapat dilayari oleh para pedagang, sambil berdakwah menyiarkan agama Islam, ditepi sungai yaiut ditempat yang disebut Pelajau tumbuh sebatang pohon kayu besar yang rimbun yang dibawahnya kemudian di bangun tempat peristirahatan yang sangat sederhana, pohon kayu tersebut kemudian dinamai Pelajau.
Pada Abad ke-14 datanglah utusan Raden Fatah dari Kerajaan Islam Demak, bersama-sama Pangeran dari Kerajaan Banjar, utusan dari Pulau Jawa itu berjumlah 7 (tujuh) orang yakni : Malik Ibrahim, Imam Santoso, Habib Marwan, Mujahid Malik, Rangga Ali Basah, Santeri Umar dan Imam Bukhari, dari Kuin mereka menyusuri sungai Negara, terus ke Sungai Buluh  dan Ilir Pemangkih sehingga sampai ke Sungai Palayarum, Pelajau.
Di Bawah Pohon Pelajau itulah kemudian dibangun Mesjid, pembangunan mesjid ini bersamaan dengan program dari pengembangan ajaran Islam Kerajaan Demak Bintaro yang membangun 9 (sembilan) buah mesjid, termasuk mesjid yang dibangun di Pelajau  dengan bentuk yang sama dengan mesjid-mesjid yang ada di Demak.
Di tiang itu ada lubang pahatan  berbentuk panjang tempat penyimpanan catatan-catatan dengan tulisan Allah, memuat silsilah orang-orang yang terlibat dalam pembangunan mesjid, disamping itu ada juga gumpalan rambut Raden Fatah, satu bilah keris yang berelok sembilan dan sebuah tombak skil segi tiga dengan ukiran sembilan Wali.
Selain melambangkan totalitas kosmos, juga dualisme religius, jadi kenyataan ini menggambarkan agama Islam yang berkembang, tidak terlepas  dari unsur Kaharingan dan agama Hindu-Budha, dalam perkembangannya sampai sekarang Mesjid Keramat Pelajau tetap lestari walaupun sudah beberapa kali mengalami perubahan atau renovasi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H