Mohon tunggu...
fathul geograf
fathul geograf Mohon Tunggu... Editor - Penulis Buku dan Peneliti

Sebelumnya, agar saya tetap dapat berkarya dan memperbaiki karya saya, maka mohon komentarnya dan likenya. Sebagai penulis dan peneliti di Institut Hijau Indonesia, saya menggabungkan keahlian akademis dengan dedikasi terhadap pelestarian lingkungan dan inovasi pendidikan. Dengan latar belakang yang kuat dalam pendidikan dan penelitian, saya telah berkontribusi melalui karya-karya yang mendalam dan relevan, termasuk makalah tentang keadilan pemilu dan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai penulis, saya memiliki minat mendalam dalam menganalisis isu-isu global dan lokal dari perspektif geografi dan lingkungan. Dengan pendekatan yang kritis dan sarkastik terhadap demokrasi, saya terus berkomitmen untuk memperluas wawasan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Energi Terbarukan: Indonesia Menuju Desentralisasi Berkelanjutan

16 Oktober 2024   00:55 Diperbarui: 16 Oktober 2024   00:59 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/premium-ai-image/sustainable-horizon-wind-solar-synergy-concept-renewable-energy-wind-power-solar-power-clean-technology_175798226.htm

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan. Terdapat lebih dari 17.000 pulau dan beragam kondisi geografis Indonesia, tentunya dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi lokal untuk mencapai desentralisasi energi yang berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, Adicita Indonesia berkomitmen untuk mencapai target Net Zero Emission Carbon 2060, sebuah langkah krusial dalam menghadapi perubahan iklim global.

Pengembangan PLTU akan diberhentikan dan diganti pembangkit listrik energi baru, salah satunya nuklir. Pembangunan Pembangkit Listri Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia direncanakan akan berdiri pada tahun 2049 mendatang. PLTN pertama di Indonesia ditargetkan mampu menhasilkan listrik sebesar 35 GW pada tahun 2060. Untuk membangun dan mampu mengoperasikan PLTN dibutuhkan lima tahapan perizinan, antara lain izin lokasi, sertifikasi desain, konstruksi, komisioning dan operasi. Hingga kini, kesiapan infrastruktur pengembangunan PLTN di Indonesia sudah mencapai sebesar 16 butir dari 19 butir menuju fase kedua mengacu pada the integrated nuclear infrastruktur review (INIR) Mission to Review The Status of Indonesia's National Nuclear Infrastruktur oleh IAEA. Perencanaan pembentukan PLTN di Indonesia sangatlah berpotensi sebab Indonesia memiliki ketersediaan sekitar 90 ribu ton uranium dan sekitar 140 ribu ton Thorium yang merupakan bahan bakar nuklir. Selain itu, penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik memiliki kelebihan dalam mengashilakn listrik yang stabil dengan menggunakan jumlah bahan bakar yang kecil serta tidak menimbulkan emisi pada lingkungan (Syaifuddin, 2023).

Keberagaman sumber energi terbarukan di Indonesia mencakup tenaga surya, angin, biomassa, hidro dan geothermal. Setiap daerah dapat mengembangkan sumber energi sesuai dengan karakteristik lokalnya. Misalnya, daerah dengan intensitas sinar matahari yang tinggi sangat cocok untuk pengembangan panel surya, sementara daerah dengan potensi angin yang baik dapat memanfaatkan turbin angin.

Desentralisasi energi menawarkan sejumlah keuntungan, antara lain pengurangan ketergantungan pada energi fosil dan peningkatan ketahanan energi nasional. Masyarakat dapat berkontribusi langsung dalam penyediaan energi dengan cara memanfaatkan sumber daya lokal serta mendukung penciptaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan. Selain itu, inisiatif ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana yang tertulis dalam rencana Umum Energi Nasional pemanfaatan tenaga angin sebagai pembangkit listrik di Indonesia sudah ditargetkan sekitar 1,8 GW pada tahun 2025 dan sekitar 28 GW pada tahun 2050 setara dengan 46% dari potensi angin sebesar 60,6 GW. Sedangkan untuk pemanfaatan energi surya sebagai pembangkit listrik ditargetkan mencapai 6,5 GW pada tahun 2025 dan 45 GW pada tahun 2050 aau setara dengan 22% dari potensi tenaga surya sebesar 207,9 GW. Hal tersebut nampaknya harus segera teraliasikan agar target menurunan EBT sebesari 23% di tahun 2025 bisa tercapai. Selain itu, pemerintah juga mendorong masyarakat agar dapat berkontribusi dengan memasang pembangkit listrik tenaga surya pada atap rumah masing-masing melalui kebijakan desentralisasi energi sehingga visi Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission Carbon pada tahun 2060 dapat tercapai. Pemanfaatan teknologi seperti Solar Curtain merupakan salah satu inovasi dalam mewujudkan program Net Zero Emission Carbon. Penerapan teknologi seperti itu mungkin dapat direalisasikan pada pembengunan Ibu Kota Negara (IKN) melihat potensi tenaga surya di Kalimantan Timur sekitar 13 GW (Syaifuddin, 2023).

Sebagai jalan terang untuk mencapai target Net Zero Emission Carbon 2060, Adicita Indonesia juga menekankan pentingnya pengembangan teknologi dan inovasi. Investasi dalam penelitian dan pengembangan energi terbarukan akan membantu menciptakan solusi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengimplementasikan program-program yang mendukung transisi energi ini.

Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya energi terbarukan harus dilakukan melalui pendidikan dan kampanye informasi. Masyarakat perlu memahami manfaat dari penggunaan energi bersih dan bagaimana mereka dapat berpartisipasi dalam transisi ini.

Melalui strategi yang inklusif dan berkelanjutan, Indonesia tidak hanya dapat mencapai target Net Zero Emission Carbon 2060, tetapi juga menjadi contoh bagi negara lain dalam pengembangan energi terbarukan yang berbasis pada potensi lokal. Maka dengan cara demikian, desentralisasi energi berkelanjutan dapat menjadi kunci untuk mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Referensi

Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). 2023. Menuju Indonesia Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel National Energy, Climate & Sustainability (NECSC) Piala Menteri ESDM RI dan Piala Menteri LHK RI. RM Books

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun