Penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan semakin menjadi perhatian utama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan krisis energi. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pemanfaatan limbah tanaman kopi untuk membuat briket, yang tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menyediakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Limbah tanaman kopi, seperti kulit kopi, serbuk gergaji dan sisa-sisa pengolahan kopi, sering kali diabaikan dan dibuang tanpa pemanfaatan yang optimal. Namun, dengan teknologi yang tepat, limbah ini dapat diolah menjadi briket yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Proses pembuatan briket dimulai dengan pengumpulan limbah, diikuti dengan pengeringan untuk mengurangi kadar air. Setelah itu, limbah dihancurkan menjadi serbuk halus dan dicampurkan dengan bahan pengikat alami, seperti tepung singkong atau kanji.
Bahan bakar berasal dari fosil terus mengalami penurunan, sehingga mempengaruhi ketersediaan bahan bakar fosil di seluruh dunia. WEO (World Energy Outlook) 2021 menyatakan bahwa kebutuhan energi dunia mengalami peningkatan sebesar 4% setelah keadaan kembali normal, akibat reaksi dari aktivitas yang telah seperti normal (pre-pandemic activity). Kebutuhan energi akan mengalami penginkatan hingga 2030 (World Energy Outlook, 2021). Briket adalah arang, tetapi tidak seperti arang pada umumnya yang hanya terbuat dari kayu, briket terbuat dari bahan organik yang diarangkan. Pengertian dari briket sendiri adalah bahan bakar alternatif berupa arang tetapi berasal dari bahan kayu (Purba & Erlangga, 2023).
Briket yang dihasilkan memiliki sifat pembakaran yang baik, dengan emisi gas yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Selain itu, briket dari limbah tanaman kopi juga memiliki daya bakar yang tinggi, menjadikannya alternatif yang efisien untuk bahan bakar konvensional. Penerapan teknologi ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan limbah, tetapi juga membantu petani kopi dalam meningkatkan pendapatan mereka melalui penjualan briket.
Keberhasilan pembuatan briket dari limbah tanaman kopi dapat dicapai melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan pelaku industri. Dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mendorong pemanfaatan limbah serta penyediaan pelatihan bagi petani dan masyarakat setempat sangat penting. Melalui edukasi yang tepat, masyarakat dapat lebih memahami potensi limbah tanaman kopi dan cara mengolahnya menjadi produk bernilai.
Bahan baku yang disiapkan adalah limbah organik yang berasal dari Desa Sampajaya yang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari kurag lebih 3 hari hingga benar-benar kering. Sebelum dilakukan pengarangan, limbah organic yang sudah kering dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil. Proses pengarangan dilakukan dengan pembakaran pada variasi temperature 250oC, 300oC dan 350oC dan variasi waktu selama 3 jam, 4 jam dan 5 jam. Bara arang yang telah jadi dituangkan di atas permukaan plat, kemudian dibiarkan hingga asap dan panas menghilang. Selanjtunya, arang dihaluskan dengan penggiling sampai halus dan diayak menggunakan ayakan 150 mesh agar mendapatkan ukuran serbuk yang halus (Purba & Erlangga, 2023).
Inisiatif ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, yang mengedepankan penggunaan kembali dan daur ulang sumber daya untuk mengurangi dampak lingkungan. Pembuatan briket dari limbah tanaman kopi merupakan langkah konkret menuju keberlanjutan, memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan sekaligus. Memalui adanya dukungan yang tepat, kita dapat menjadikan limbah tanaman kopi sebagai sumber daya yang berharga untuk masa depan yang lebih hijau.
Sebagai penutup, pembuatan briket dari limbah tanaman kopi bukan hanya sebuah inovasi teknologi, tetapi juga upaya kolektif untuk menjaga lingkungan. Adanya langkah-langkah nyata dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, membuat kita bisa mengubah tantangan menjadi peluang serta menjadikan limbah sebagai sumber energi yang bermanfaat.
     Â
Referensi