Fathul Bari
Pendahuluan
Perubahan iklim global yang diakibatkan oleh emisi Gas Rumah Kaca (GRK) memicu kebutuhan mendesak untuk solusi pertanian yang berkelanjutan. Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah penggunaan pupuk organik berbasis frass dari ulat tepung (Tenebrio molitor). Frass, yang merupakan limbah dari pengolahan ulat tepung, tidak hanya kaya akan nutrisi tetapi juga memiliki potensi untuk mengurangi emisi GRK.
Adapun menurut Konvensi PBB mengenai terjadinya perubahan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change-UNFCCC), terdapat 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu CO2 (karbon dioksida), N2O (dinitrogen oksida), CH4 (metana), HFC (hidro fluoro karbon), PFC (per fluoro karbon), dan SF6 (sulfur heksa florida).
 Salah satu faktor peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) pada sektor pertanian yaitu pemberikan pupuk urea (anorganik) pada tanaman (Mubaraq, 2023).
Penggunaan Teknologi Granulator
Teknologi granulator berperan penting dalam pengembangan pupuk frass ulat tepung. Melalui proses granulasi, frass diolah menjadi bentuk butiran yang lebih mudah digunakan dan memiliki waktu pelarutan yang lebih terkontrol.Â
Granulator menghasilkan pupuk yang konsisten dan efisien, memungkinkan pertanian untuk memanfaatkan kandungan nutrisi yang ada dalam frass dengan lebih optimal.
Frass ulat hongkong (Tenebrio molitor) memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai pupuk organik. Keistimewaan frass ulat Hongkong yaitu mengandung C-Organik yang tinggi, protein dan lemak yang merupakan energi penting bagi mikroba yang tinggi di tanah.Â
Selain itu frass juga mengandung sejumlah kecil unsur hara mikro (uaitu Cu dan Zu). Frass dari ulat digunakan sebagai pengganti untuk pupuk NPK pada perumbuhan tanaman sekaligus merangsang mikroba tanah dan aktivitas cacing tanah (Mubaraq, 2023).