Mohon tunggu...
fathul geograf
fathul geograf Mohon Tunggu... Editor - Penulis Buku dan Peneliti

Sebagai penulis dan peneliti di Institut Hijau Indonesia, saya menggabungkan keahlian akademis dengan dedikasi terhadap pelestarian lingkungan dan inovasi pendidikan. Dengan latar belakang yang kuat dalam pendidikan dan penelitian, saya telah berkontribusi melalui karya-karya yang mendalam dan relevan, termasuk makalah tentang keadilan pemilu dan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai penulis, saya memiliki minat mendalam dalam menganalisis isu-isu global dan lokal dari perspektif geografi dan lingkungan. Dengan pendekatan yang kritis dan sarkastik terhadap demokrasi, saya terus berkomitmen untuk memperluas wawasan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Optimalisasi Octangle Model dalam Implementasi PLTMH untuk Mewujudkan Desa Mandiri Energi

8 Oktober 2024   11:55 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:03 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Editing Penulis

Fathul Bari

Pendahuluan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan salah satu solusi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah pedesaan, terutama di wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik konvensional. Pada konteks ini, model analisis institusional, seperti Octangle Model, menjadi penting untuk merancang dan mengimplementasikan sistem energi yang berkelanjutan. Artikel ini akan membahas bagaimana optimalisasi Octangle Model dapat mendukung pembangunan PLTMH guna mewujudkan desa mandiri energi.

Octangle Model: Konsep dan Penerapan

Octangle Model adalah suatu kerangka kerja analisis yang menggabungkan berbagai aspek dalam pengembangan sistem energi, termasuk dimensi teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan. Model ini terdiri dari delapan elemen kunci yang saling berkaitan: teknologi, institusi, pasar, masyarakat, sumber daya, lingkungan, regulasi, dan kebijakan. Memahami interaksi antara elemen-elemen ini, bisa dijadikan pengembang dapat mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam implementasi PLTMH.

Nilai impor migas di Indonesia terus mengalami peningkatan dari angka 18.739,8 juta US$ pada tahun 2016, 24.316,2 juta US$ pada tahun 2017, hingga 29.868,8 juta US$ pada tahun 2018 (Kementerian Perdagangan, 2018). Oleh karena itu pemerintah melalui PP Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional mengamanatkan untuk menurunkan penggunaan batu bara, gas bumi dan minyak bumi serta menargetkan peningkatan pada pemanfaatan EBT. Selama kondisi perekonomian cukup stabil, pemanfaatan EBT sebagai energi primer ditargetkan mencapai minimal 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Pada tahun 2050, total kapasisatas listrik terpasang menurut skenario RK akan mencapai 584 GW. Dari total tersebut, 466 GW bersumber dari EBT, 96 GW bersumber dari batubara, 23 GW bersumber dari gas bumi, dan sebagaian kecil bersumber dari minyak bumi (Azzahra, 2021).

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit listrik skala kecil yang mampu mengihasilkan energi dari 1 MW hingga 10 MW. Pembangkit listrik ini memanfaatkan aliran air dan ketinggian air. Aliran air tidak dibendung seperti PLTA pada umumnya melainkan dikeluarkan melalui sebuah pipa pesat kemudian dihatuhkan di atas kincir air atau turbin. Energi potensial jatuhnya air akan berubah menjadi energi mekanik yang data menggerakkan kincir air atau turbin untuk menghasilkan listrik (Lipi dalam Azzahra, 2021).

Pada konteks pembangunan PLTMH, Octangle Model membantu merumuskan strategi yang lebih komprehensif. Misalnya, dalam aspek teknologi, pemilihan teknologi mikrohidro yang tepat sangat penting. Teknologi ini harus sesuai dengan karakteristik sumber daya air di daerah tersebut, serta mempertimbangkan keberlanjutan dan dampak lingkungan. Hal yang demikian ini, menjadikan pengembang dapat memastikan bahwa PLTMH yang dibangun tidak hanya efisien tetapi juga ramah lingkungan.

Peran Institusi dan Masyarakat

Implementasi PLTMH tidak dapat terlepas dari peran institusi dan masyarakat. Pada Octangle Model, institusi berfungsi sebagai pengatur yang memberikan pedoman dan dukungan untuk pengembangan energi. Kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas lokal sangat penting untuk menciptakan dukungan sosial yang kuat terhadap proyek PLTMH. Melalui pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengelolaan, masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan proyek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun