Fathul Bari
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, menghadapi tantangan serius dalam hal ketergantungan energi. Sebagian besar kebutuhan energi nasional masih bergantung pada bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, yang tidak hanya mengancam ketahanan energi, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Pada konteks ini, energi terbarukan, khususnya solar photovoltaic (Solar PV), muncul sebagai solusi utama untuk mendukung transformasi energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Solar Photovoltaics (Solar PV) atau awam disebut sebagai panel surya, ialah komponen yang mengubah sinar matahari menjadi listrik. Sebagian negara dengan topografi tropis, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi surya. Pemasangan solar PV secara masif akan sangat menguntungkan, mengingat Indonesia disinari matahari sepanjang tahun. REmap (Renewable Energy Roadmap), program yang mencari potensi energi terbarukan (EBT) di seluruh dunia, dengan optimis menyatakan bahwa energi yang dapat direalisasikan dari Solar PV di Indonesia mampu mencapai 47 GW di tahun 2030. Angka tersebut jauh dari proyeksi Bussiness As Usual (BaU) yang hanya berkisar di 9 GW pada tahun yang sama. Di sebuah penelitian lain, ditemukan sebanyak 640,000 Terrawatt-hours (TWh) setiap tahunnya. Proyeksi di tahun 2050, Indonesia mampu mencapai 100% listrik hijau dengan pemanfaatan solar PV yang optimal. Sayangnya, penggunaan energi solar saat ini belum efektif, tercatat energi solar hanya berkontribusi sebesar 1,7% dari total produksi listrik tahun 2020. Berdasar RUPTL di tahun 2030, potensi energi surya Indonesia baru dimanfaatkan sevesar kurang dari 1% dari potensi yang ada. Solar PV merupakan sumberdaya dengan potensi paling tinggi di Indonesia, yakni sekitar 532,6 GW (IRENA, 2017). Meskipun begitu, keberadaan sumberdaya ini tidak merata diseluruh negeri, melainkan akan lebih tinggi nilainya pada daerah-daerah timur (Magfirah, 2021).
Potensi energi matahari di Indonesia sangat besar, dengan tingkat penyinaran rata-rata harian mencapai 4,8 kWh/m. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi solar tertinggi di dunia. Penggunaan teknologi Solar PV untuk menghasilkan listrik tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Melalui cara beralih ke energi terbarukan, Indonesia dapat berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan mencapai target pengurangan emisi.
Implementasi Solar PV di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk mendorong penggunaan energi terbarukan, termasuk insentif bagi investor dan pengusaha yang ingin mengembangkan proyek Solar PV. Program-program seperti pengembangan desa mandiri energi, yang memanfaatkan Solar PV untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di daerah terpencil, juga telah diluncurkan. Inisiatif ini tidak hanya menyediakan akses listrik yang lebih baik, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Secara signifikan, lokasi instalasi Solar PV dapat dilakukan sebagai berikut :
- Instalasi solar PV pada sumber energi listrik bagi pabrik
- Instalasi solar PV pada atap perumahan atau bangunan komersial. Pemasangan solar PV dengan tipe lokasi seperti ini dianggap efisien digunakan untuk pemakaian listrik skala rumah ranggal atau keperluan komersial lainnya. Selain ramah lingkungan, penggunaanya dapat menghemat tempat dan aksesnya pun mudah. Terutama pada skala rumah tangga, denga tingkat pemakaian energi terbanyak pada listrik contohnya untuk keperluan penerangan, pendingin ruangan, memasak dll.
- Instalasi solar PV sebagai pengganti pembangkit listrik pada daerah terpencil sebagai pengganti pembangkit listrik tenaga diesel yang mahal. Potensi PLTS off-grid telah diperkirakan oleh ESDM sebesar 2,1 GW, dengan potensi tersebesar diwakili oleh Maluku & Papua (0,95 GW) dan Sulawesi & Nusa Tenggara (0,42 GW) (IRENA, 2017). Langkah ini tepat menjadi solusi bagi masalah tidak meratanya kualitas listrik di Indonesia khsusnya pada daerah Timur Indonesia seperti Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Magfirah, 2021).
Hambatan dalam realisasi solar PV diantaranya :
- Belum adanya sistem control yang efektif terkait pemanfaatan solar PV
- Minimnya pasar yang berminat terhadap penggunan solar PV
Beberapa solusi diantaranya :
- Dibentuk suatu lembaga khsus membawahi control terkait regulasi dan kebijakan EBT di Indonesia.
- Beberapa kebijakan dan regulasi yang dirasa perlu untuk dikeluarkan dalam rangkan mengoptimalkan potensi EBT :
- Pemberian insentif finansial bagi BUMN atau perusahaan distribusi listrik seperti PLN, untuk mengembangkan pemanfaatan energi surya.
- Menerapkan sistem gross-net metering dikombinasikan dengan subsidi finansial dan insentif fiscal sehingga tarif yang dikeluarkan oleh konsumen akan lebih murah.
- Melibatkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk memantik semangat masyarakat dalam beralih ke EBT salah satunya solar PV atap rumah (Magfirah, 2021).
Namun, meskipun ada kemajuan, tantangan dalam adopsi Solar PV masih ada. Salah satu tantangan utama adalah biaya awal yang tinggi untuk instalasi panel solar, meskipun biaya teknologi ini telah menurun secara signifikan dalam dekade terakhir. Selain itu, masalah infrastruktur dan distribusi listrik yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi hambatan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan strategi yang komprehensif untuk mendukung pertumbuhan sektor Solar PV.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga memainkan peran penting dalam transformasi energi ini. Kampanye edukasi tentang manfaat energi terbarukan, termasuk Solar PV, harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya beralih dari bahan bakar fosil. Melibatkan komunitas lokal dalam proyek-proyek energi terbarukan akan membantu memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat dalam transisi ini.
Pada tingkatan global, tren menuju keberlanjutan energi semakin menguat. Banyak negara telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil melalui penggunaan teknologi Solar PV. Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam transisi energi ini, mengingat sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Upaya memanfaatkan teknologi Solar PV di Indonesia dapat memperkuat ketahanan energinya dan menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.