Fathul Bari, M.Pd
Â
Pendahuluan
Semenanjung Korea telah lama menjadi pusat perhatian dunia, terutama dalam konteks geopolitik dan risiko nuklir. Korea Utara secara konsisten terus mengembangkan program nuklirnya, sehingga ketegangan di wilayah ini terus meningkat dan berdampak pada stabilitas global. Terjadinya dinamika geopolitik Semenanjung Korea secara signifikan mempengaruhi risiko nuklir dan lanskap geografis global. Lokasi strategis semenanjung itu sebagai rimland secara historis menjadikannya titik fokus untuk kepentingan militer dan ekonomi, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan dan risiko proliferasi nuklir.
Semenanjung Korea berfungsi sebagai titik penting antara kekuatan benua dan maritim, menjadikannya wilayah yang diperebutkan untuk kepentingan keamanan, terutama pasca Perang Dunia II dengan pembagian menjadi Korea Utara dan Selatan (Kim, 2023). Strategi regional China sangat dipengaruhi oleh fenomena geopolitik semenanjung, yang dapat memperburuk konflik dan mempengaruhi stabilitas regional (Qiang-yi, 2008). Krisis Ukraina yang sedang berlangsung telah mendorong Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan militernya, termasuk uji coba rudal, sebagai bentuk perang hibrida, yang mencerminkan tren militerisasi yang lebih luas dalam menanggapi ancaman yang dirasakan (Lee, 2022). Perlombaan senjata di semenanjung diperkirakan akan semakin cepat, dengan Korea Utara berpotensi meniru strategi Rusia, sehingga meningkatkan risiko konfrontasi nuklir.
Ketegangan geopolitik dan risiko nuklir telah membentuk kembali peta geografis global, karena negara-negara menilai kembali aliansi dan strategi keamanan mengingat situasi yang berkembang di semenanjung itu. Sementara lanskap geopolitik menunjukkan keseimbangan kekuasaan yang genting, beberapa berpendapat bahwa upaya diplomatik dapat mengurangi risiko. Namun, postur militer yang mengakar serta permusuhan historis bisa memperumit jalan menuju perdamaian, sehingga ini menunjukkan bahwa dinamika geopolitik kemungkinan akan terus mempengaruhi risiko nuklir di Semenanjung Korea. Artikel ini akan membahas dinamika geopolitik di Semenanjung Korea dan bagaimana risiko nuklir yang ada serta bagaimana dapat mempengaruhi peta geografi secara global.
Sejarah Konflik dan Geopolitik Semenanjung Korea
Sejak Perang Korea (1950-1953), Semenanjung Korea terbagi menjadi dua negara dengan ideologi yang sangat berbeda, yakni Korea Utara yang bersifat komunis dan Korea Selatan memilih demokratis. Perang tersebut tidak berakhir dengan perjanjian damai, melainkan gencatan senjata, sehingga secara teknis kedua negara masih berada dalam keadaan perang. Ketegangan yang terus-menerus ini dipicu oleh perbedaan ideologis, kepentingan nasional, serta dukungan dari kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok. Korea Utara, di bawah rezim Kim Jong-un, telah melakukan serangkaian uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik antar benua Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) yang telah menimbulkan adanya kekhawatiran internasional. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan dan mendapatkan pengakuan internasional, serta menekan Amerika Serikat dan sekutunya untuk memberikan konsesi ekonomi dan diplomatik.
Risiko Nuklir dan Stabilitas Regional