Mohon tunggu...
Fathyah Rahmaniah
Fathyah Rahmaniah Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing is caring

Mahasiswi Semester 7 Yang Sibuk Mengisi CV nya Webtoonist @temenzone.studio and Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Lebih Jauh: Desa Jinwar, Desa Para Janda Suriah

24 Juli 2021   10:26 Diperbarui: 24 Juli 2021   10:49 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Miris sekali hati ini saat mendengar kaum wanita lagi-lagi menjadi korban kekerasan. Wanita memang terkenal rentan sekali terkenal kekerasan dikarenakan sifatnya yang lemah lembut dan fisik yang tidak sekuat laki-laki. Seperti halnya penduduk di Desa Jinra yang mayoritas korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang akhirnya mereka mengungsi di kawasan Rojava, Suriah. Sudah lama Suriah terkenal sebagai negara yang penuh dengan konflik dan kekerasan.

Nama 'Jinwar' dalam bahasa Kurid yang berarti 'Tempat Perempuan' menjadi cikal bakal desa janda ini. Karena banyak dari mereka merupakan korban KDRT, serangan seksual, hingga exploitasi. Desa Jinwar bukanlah desa biasa, desa para janda dan wanita ini sangat mandiri tanpa adanya laki-laki. Proyek desa ini dimulai pada tahun 2018 oleh tiga organisasi lokal, yang disebabkan semakin banyaknya kaum wanita yang menjadi korban kekerasan hingga akhirnya berdirilah Desa Jinwar yang menampung semua wanita dan anak-anak yang menjadi korban kekerasan. 

Selain itu juga banyak dari penduduk desa Jinwar merupakan korban peperangan dan ISIS. ISIS sudah banyak merebut jati diri mereka. Banyak warga Suriah yang kehilangan nilai Kemanusiaan yang berdampak pada kesehatan mental. Pada akhirnya wanita dan anak-anaklah yang menjadi sasaran 'empuk' mereka.  Bagi Perempuan Suriah, suku dan klan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat khususnya pada kawasan yang pernah dijajah oleh ISIS. Jika mereka tidak mengikuti aturan masyarakat, baik suami maupun militer ISIS akan menyiksa mereka. Hal ini lah menjadi alasan utama berjalannya proyek desa Jinwar. 

Di desa Jinwar mereka banyak melakukan aktivitas yang tidak dilakukan oleh kaum wanita pada umumnya seperti bercocok tanam, menjadi kuli bangunan, dan beberapa pekerjaan berat lainnya mereka lakukan tanpa adanya kaum laki-laki. Penduduk desa Jinwar merasa mereka jauh lebih mandiri, bebas, dan aman ketika berada disini. Mereka merasa kedudukan laki-laki hanya akan menganggu mereka lagi. Rasa sakit dan trauma yang mendalam membuat mereka semakin yakin untuk tidak mengandalkan laki-laki.

Sangat disayangkan melihat kaum wanita dan anak-anak masih diperlakukan tidak layak seperti jaman Jahiliyah. Padahal Rasul selalu mengatakan untuk selalu menjaga dan menghormati wanita dan anak-anak. Khususnya wanita, mereka adalah mahluk yang lembut penuh dengan kehati-hatian yang mengharuskan laki-laki menjaganya. Tapi mengapa masih banyak wanita dan anak-anak yang tersiksa? Bukankah Islam yang sesungguhnya itu damai? Bukankah Islam yang sesungguhnya itu mengajarkan kita untuk saling menjaga dan melindungi sesama manusia?

sumber: VOAindonesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun