Pada hari Jumat, 8 November 2024, saya melaksanakan tugas pendampingan tindak lanjut hasil AKMI di MIS Nurul Huda 2, Kota Mojokerto. Di tengah-tengah observasi kelas, saya menyaksikan dua momen langka yang begitu berkesan dan tidak mungkin dilewatkan begitu saja.
Momen pertama terjadi tepat tengah hari, ketika seorang Ayah (wali murid) datang ke madrasah untuk mengantarkan makan siang bagi putrinya yang bersekolah di sana. Madrasah dengan jumlah murid mencapai 1.250 orang ini menerapkan lima hari kerja dengan jam pulang pukul 16.00. Secara tiba-tiba, sang putri meminta ayahnya untuk menggendongnya. Tanpa ragu, Sang Ayah menggendong putrinya, seolah-olah tidak ingin melepaskannya.
Momen ini tidak hanya menggambarkan keakraban antara Ayah dan Putrinya, tetapi juga menunjukkan ketulusan Sang Ayah yang rela kehilangan waktu kebersamaan demi masa depan sang anak, sehingga ia mempercayakan pendidikan putrinya di madrasah berkonsep full-day ini.
Momen kedua terjadi saat saya hendak melakukan refleksi bersama guru peserta Bimtek. Di tengah kegiatan itu, saya melihat seorang adik yang dengan penuh perhatian memberikan minum kepada kakaknya yang sedang sakit.
Kedua momen ini sangat langka dan menunjukkan betapa besar kasih sayang antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam bentuk perhatian dan kepedulian yang tulus.
Karakter-karakter positif yang muncul dalam kedua momen tersebut, menurut saya, bukanlah sesuatu yang muncul secara kebetulan. Karakter ini terbentuk melalui proses pembiasaan yang baik, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan madrasah.
Saya mencoba mengkonfirmasi pada Kepala Madrasah tentang praktik-pratik pembiasaan yang selama ini dilakukan di lembaganya. "Praktik pembiasaan dan penanaman karakter peduli dan kasih sayang di lingkungan madrasah sangat penting untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki kepribadian yang luhur", tegasnya.
Ada beberapa pembiasaan yang sudah diimplementasikan di madrasah ini, yaitu:
Membiasakan Interaksi Penuh Kasih Sayang