Sejak kepergiannya, Aisyah, pada Bulan Februari 2022 yang lalu, saya masih merenung seorang diri diiringi rasa nan pilu. Betapa tidak saya pikirkannya setelah saya perjuangkan hingga harus mudik dari perantauan, Kaltim-Jatim. Namun akhirnya berujung kehampaan tanpa ada pertemuan dan percakapan setelah saya mendengar dia sudah milik orang.Â
Nada-nada trauma dalam nadi masih menghantuinya, mengingatmu bah aroma keminyan di persimpangan jalan buntu. Semerbak namamu membuat tubuh rapuh akibat gusuran janji yang kau dustai.Â
Hari sudah tiba, dimana saya harus mengubur kenangan dengan ikhlas, agar aroma janji manis yang pernah kita harapkan cukup saja jadi perbincangan yang tak akan kita pegang.Â
Sejak kita tak bertatap muka, sejak itu pula kita seperti orang asing yang entah hendak kemana mau melangkahkan harapan karena pupusnya tujuan.Â
Dimanakah aroma akan berlabuh selanjutnya ....
Bengalon, 5/6/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H