Mohon tunggu...
Fathoni Arief
Fathoni Arief Mohon Tunggu... Penulis - Rakyat biasa

Hadir dan Mengalir (WS.Rendra)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Semangat Kegelisahan Wukir Suryadi

21 Juli 2010   00:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:43 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_199683" align="aligncenter" width="500" caption="Taman Budaya Yogyakarta/ doc.Fathoni Arief"][/caption] Anak Muda Berdiri Tegak Menoleh Kekiri Menoleh Kekanan Membaca Kehidupan Membuka Rasa Membuka Jiwa (WS.Rendra)

Hampir saja saya meninggalkan gedung Taman Budaya Jogjakarta. Langkah kaki saya terhenti ketika alunan musik yang aneh dari belakang gedung tempat seniman Jogja biasa unjuk karya seni menarik perhatian saya. Dugaan saya itu adalah bagian dari Jogjakarta Gamelan Festival (JGF) 2010.

Untung saja saya tak jadi meninggalkan tempat ini karena kedatangan saya ke tempat ini memang ingin melihat JGF. Meskipun di depan ada informasi Taman Budaya menjadi tempat penyelanggaraan namun di dalam gedung yang saya jumpai justru Jogja Art Fair. Hanya ada beragam karya seniman ditampilkan namun tak saya jumpai apapun yang terkait dengan festival gamelan. Ternyata di belakang gedung ada pertunjukan yang menarik... [caption id="attachment_199684" align="aligncenter" width="500" caption="Wukir Suryadi/doc.Fathoni Arief"][/caption]

Di belakang gedung, di Panggung kecil permanen, seorang lelaki kurus, berkaos hitam berambut gondrong memainkan sebuah alat musik yang bentuknya bagi saya aneh. Baru kali ini saya menjumpai alat musik seperti itu. Karena tertarik saya bergabung dan mencari tempat duduk diantara penonton lain, yang jumlahnya mungkin hanya 30an.

Sekilas alat tersebut berbentuk bambu bersenar. Meskipun hanya berbentuk seperti ternyata alat musik tersebut mampu menghasilkan bunyi-bunyian yang menarik tak sekedar musik tradisional bahkan suara yang lebih keras dan cadas. “Anda memainkan musik tradisional namun tiba-tiba bermusik layaknya Rock Star,” kata seorang penonton warga negara Belanda. Saking tertariknya si bule Belanda dengan permainan musik unik tersebut ia berjanji akan memutar lagu-lagu tersebut di satu stasiun Radio di negeri Oranye.

Wukir Suryadi, nama lelaki gondrong tersebut, kembali memainkan alat musiknya yang diberi nama Bambu Wukir. Ia memainkan beberapa lagu hasil ciptaanya sendiri.

Wukir, merupakan lelaki kelahiran Malang. Ia menciptakan alat-alat musiknya secara otodidak. Bambu Wukir sebagai gabungan string dan perkusi. Sebenarnya alat ini merupakan modifikasi instrumen tradisional :Celempung, Sasando, Sittar dan Lakado. Alat-alat tersebut kemudian dikolaborasikan dan berbentuk bambu yang ujungnya runcing di bagian kepala badan instrumen. Alat ini dimainkan dengan cara digesek, dipetik. Alat ini menghasilkan suara dengan karakter baru dan terdengar layaknya Synthesizer yang sudah dimainkan pada band-band post rock di Eropa.

[caption id="attachment_199686" align="aligncenter" width="500" caption="Bambu Wukir / doc.Fathoni Arief"][/caption]

Ada seorang penonton yang bertanya bagaimana seorang Wukir menemukan ide membuat instrumen dari bambu tersebut? Jawabnya sebenarnya ia hanya merespon apa yang ada di sekelilingnya. Ada banyak hal yang berada di sekitar kita yang belum dimanfaatkan dan dieksplorasi mendalam untuk menghasilkan bunyi-bunyian. Wukir sudah mengeksplorasi bunyi-bunyian dari bambu sejak tahun 2008 sewaktu ia berada di Bali. Pemanfaatan bambu menjadi alat musik merupakan eksplorasi musik yang ke 10 yang pernah ia lakukan selama ini.

Tak hanya menciptakan alat musik namun ia juga membuat komposisi lagu baik secara improvisasi maupun tertulis. Dengan alat musik dan komposisinya ia sudah malang melintang di berbagai pertunjukan baik musik maupun teater di Jawa, Bali dan Sulawesi. Bahkan di Prancis ia sempat berkolaborasi dengan musisi Prancis serta mengerjakan satu album di Belanda. Meskipun ia tetap jauh dari hiruk pikuk dunia musik dan lebih dikenal di kalangan musik jalanan kontemporer yang seringkali dikaitkan dengan hal bersifat tradisional.

Bunyi-bunyian yang dihasilkan bambu wukir memang kaya akan bunyi. Jika mendengar dari kejauhan seperti suara yang dihasilkan oleh berbagai jenis alat musik. Suara yang bisa membuat orang terkesima seperti yang dirasakan oleh seorang wanita yang duduk di kanan saya. Menurutnya musik yang dihasilkan oleh bambu wukir begitu indah dan cantik banget, terkadang bisa sangat galak tapi bisa juga lembut. “ komposisi-komposisi terakhir suaranya mirip kecapi tapi yang ini lebih keren dari kecapi karena suaranya pentatonik Indonesia banget. Khususnya di bagian akhir ada seperti suara gong yang membuat berdiri buku kudu, menggetarkan,”ujarnya.

[caption id="attachment_199688" align="alignleft" width="211" caption="Kegelisahan seorang Wukir Suryadi/ doc.Fathoni Arief"][/caption] Itulah Wukir Suryadi seorang musisi yang gelisah untuk berkarya. Meskipun Bambu Wukir sudah mampu mencuri perhatian tak hanya di Indonesia bahkan di manca negara ia tak ingin berhenti begitu saja. Kedepan ia masih terus mencari penyempurnaan instrumen tersebut hingga mampu menghasilkan bunyi yang lebih menarik lagi. Seperti prinsip yang ia pegang bambu wukir hanya sebagai terminal sebelum melakukan langkah lebih jauh dan yang lebih penting bambu wukir menjadi terminal dari kegelisahan tanpa batas tentang hidup dan kehidupan itu sendiri. ....Mainanmu adalah ritualmu “Setubuh alami Senyawa alami” ........... (Miko Jatmiko) Catatan dari Yogya, 17 Juli 2010

Fathoni Arief

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun