Lebaran tinggal beberapa hari saja. Masyarakat berbondong-bondong memadati pusat-pusat perbelanjaan. Mereka berburu berbagai barang kebutuhan, mulai dari sandang hingga pangan. Hampir semua pusat perbelanjaan penuh sesak oleh pungunjung dari mulai buka hingga malam ketika toko tutup. Lebih-lebih dengan adanya paket-paket menarik dan diskon besar-besaran yang selalu mereka tawarkan.
Di sebuah toko pakaian di pusat perbelanjaan, Juminten, seorang karyawati pabrik tekstil, menghentikan langkah kakinya, ketika melihat kertas putih bertuliskan “obral besar-besaran”. Baju-baju yang dibiarkan menggunung itu memang dihargai, kurang dari separuh nilai aslinya.
Mbak Jumi, begitu karyawan pabrik biasa memanggil, bergabung dengan pengunjung toko lain. Ia membolak-balik tumpukan baju, mulai dari baju luar sampai baju paling dalam campur aduk jadi satu. Ia menggaruk mulai dari paling atas hingga terbawah, mencari pakaian pilihannya. Satu demi satu pakaian ia coba hingga seorang karyawan toko bertanya.
“Maaf, bisa saya bantu. Cari yang model seperti apa mbak?” tanya pelayan toko.
“Ini lho mbak, yang model terbaru, warnanya pink tapi ukurannya belum ketemu yang pas,” jawab mbak Jumi.
“Oh, coba saya carikan,” pelayan itupun membolak-balik tumpukan baju mencari apa yang dicari-cari mbak Jumi.
Satu demi satu baju ia sodorkan pada mbak Jumi. Ternyata belum ada juga yang cocok, baik dari sisi model, corak, warna ataupun ukuran. Jika ternyata ada yang modelnya cocok ternyata ukuranya tidak pas. Pelayan itupun terus membolak-balik tumpukan baju hingga setelah hampir sejam mencari-cari ditemukanlah baju yang dicari mbak Jumi.
“Dicoba saja dulu mbak!”kata pelayan toko.
Setelah masuk ruang ganti beberapa saat mbak Jumi pun keluar. “Iya, ini memang pas ukuranya mbak,”katanya.
Mbak Jumi pun mengambil baju diskon yang sudah ia pilih, dan menuju kasir.Petugas penjaga kasir pun melihat label harga yang tertera, dan mendekatkan baju tersebut dekat alat yang bisa mengeluarkan suara dan menampilkan harga yang harus dibayar di layar kecil. “Seratus lima puluh lima ribu mbak,” kata petugas kasir.
Mbak Jumi membuka-buka isi dompetnya. Lama ia membalik-balik dompet, lalu melihat dan mencari-cari isi dalam tas kecil yang ia bawa. Setelah beberapa lama, mbak Jumi mengembalikan baju yang bakal ia beli.
”Maaf mbak, ga jadi,”kata mbak Jumi.
“Gimana sih mbak,”komentar kasir dengan muka cemberut.
Mbak Jumi mendatangi tempat penitipan barang, lalu meninggalkan toko pakaian tersebut. Dengan bawaan berkresek-kresek ia memanggil bajaj yang lewat. Dalam perjalanan pulang ia menghitung-hitung lagi. Tak sadar sudah lima buah toko ia datangi di pusat perbelanjaan tersebut. Dalam beberapa kresek warna putih yang ia bawa sudah ada sepatu diskon, kacamata diskon, sendal diskon, tas diskon, pakaian dalam diskon dan barang diskon lain. Uang THR yang baru saja diterimanya ludes hanya tersisa beberapa lembar buat ongkos mudik bolak balik via keretaapi kelas ekonomi.
FATHONI ARIEF
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H