doc.Fathoni Arief
“..Dikarenakan adanya kerusakan pada pesawat penerbangan ditunda. Penumpang akan dialihkan ke pesawat yang lain,” kata sang pilot dari kokpit pesawat. Terdengarlah beragam komentar dari penumpang. Ada yang bersyukur, ada pula yang menggerutu penerbangan yang sudah tertunda tersebut mundur lagi.
Dari jadwal yang tertera sebenarnya tadinya penumpang sempat lega karena mereka memasuki pesawat 15 menit sebelum jadwal take off. Namun ternyata ada kerusakan awalnya pilot mengira kerusakan bisa diatasi setelah menunggu puluhan menit ternyata kerusakan di bagian pendorong roda tersebut tak bisa ditoleransi sehingga penerbangan ditunda. Penerbangan dilakukan dengan pesawat lain.
Penumpang pesawat dengan rute Jakarta-Surabaya inipun satu demi satu turun dari pesawat. Petugas mengarahkan penumpang ke tempat semula sambil menanti pesawat pengganti siap. Di ruang tunggu yang sesak tersebut mereka ada yang duduk di lantai ada yang berdiri. Saya duduk selonjoran di lantai dekat dengan pintu. Bisa saya amati bagaimana penumpang pesawat tadi satu demi satu mengeluarkan telepon genggamnya. Entah menelpon siapa namun temanya hampir sama memberitakan pesawat yang tertunda keberangkatanya akibat kerusakan. Terlihatlah ekspresi mereka mulai dari jenuh, bosan, kecewa dan pasrah.
“Wah seharusnya 20 menit lagi sampai di Surabaya nih,” kata seorang ibu dengan dua orang anak kecil yang mulai rewel.
“Kenapa ga terus terang saja. Harusnya kalau rusak ya dari tadi bilang rusak. Untung pilotnya masih punya hati nurani,” ujar penumpang lain.
Nampak pula seorang penumpang lainya yang kebetulan sempat bertanya pada saya tentang jadwal kereta atau transportasi lain menuju Bojonegoro. Ia mulai panik dan menelpon seseorang mungkin rekannya yang akan menjemputnya. Dari pembicaraan saya dengannya nampak ia jarang bepergian sendiri keluar kota. Awalnya ia akan dijemput di stasiun Bojonegoro. Kereta terakhir menuju Bojonegoro sekitar pukul 9an padahal sekarang saja waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya ditempuh dalam waktu satu jam 15 menit.
Setelah hampir seperempat menunggu dari corong pengumuman terdengar calon penumpang pesawat tujuan Surabaya bisa memasuki pesawat. Satu demi satu penumpang mulai menuju pesawat pengganti.
Penumpang pun mencari tempat duduk mereka. Setelah mendapatkan tempat duduk sesuai yang tertera di tiket mereka segera menaruh tas mereka di atas.
Sambil menunggu pesawat lepas landas banyak diantara mereka yang masih asyik memencet tombol-tombol telepon genggam. Padahal di belakang kursi jelas-jelas tertulis larangan menyalakan telepon genggam dan denda yang diberikan, namun entahlah mungkin saja mereka tak sempat untuk membaca peringatan tersebut.
Tak lama kemudian pesawat mulai bergerak menuju landasan pacu. Pramugari seperti biasanya memperagakan penggunaan alat keselamata dan petunjuk lain. Ada penumpang yang memperhatikan namun kebanyakan tidak.
Dari ruang kokpit pilot pun memberi pengumuman siap lepas landas. Lampu pesawat pun dipadamkan. Agak lama pesawat itu ancang-ancang sebelum akhirnya lepas landas. Suasana hening di dalam pesawat terdengar pula suara-suara orang mengucap Istighfar. Cukup mencekam memang. Saya pun menahan panik apalagi melihat orang di sebelah saya mulai panik dan tak berani melihat kebawah. Cukup lama luasana benar-benar hening dan lampu dipadamkan hingga akhirnya lampu menyala dan sabuk pengaman bisa dilepas.
Meskipun pesawat sudah berada dalam posisi yang stabil dan lampu sudah dinyalakan ternyata suasana tegang masih terasa. Terdengar suara orang membaca Istighfar, suara orang terisak dan lantunan ayat-ayat suci. Rasanya seperti saat-saat terakhir saja. Saya sebenarnya berusaha memejamkan mata namun rasanya susah juga. Menghilangkan rasa was-was dan fikiran macam-macam saya mengambil majalah yang ada di depan saya. Perlahan rasa tegang dan was-was mulai hilang.
Setelah lebih dari sejam berkutat dengan panik perasaan lega itupun datang ketika ada pengumuman sebentar lagi pesawat mendarat di bandara Internasional Djuanda. Apalagi ketika pesawat sudah benar-benar landing dan menuju taxiway.
Dari speaker di pesawat terdengar aneka ragam informasi salah satunya larangan menyalakan HP. Yah namun seperti biasanya entah kuping mereka bisa dengar atau tidak satu demi satu nada SMS terdengar bersahutan bahkan ada seorang penumpang di depan saya dengan santainya menerima telepon.
Setelah sempat tertunda dan dilanda kepanikan akhirnya saya sampai juga di Surabaya dengan selamat.
Catatan 1 Juli 2010
Fathoni Arief
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H