Indonesia memang negeri dengan kekayaan alam sungguh luar biasa. Mulai dari Sabang hingga Merauke kita bisa menjumpai tempat-tempat indah yang seringkali belum dikelola dengan baik. Salah satunya adalah Pantai Brumbun, pantai yang terletak di kabupaten Tulungagung. Ketertarikan saya mengunjungi pantai Brumbun adalah kenangan masa-masa SMA. Waktu itu selama tiga hari empat malam saya dan rekan-rekan yang tergabung dalam grup penilitian sekolah berkemah di sana. Suka dan duka kami alami serta hal-hal konyol menjadi kenangan tersendiri, salah satunya saat seorang teman terkena peluru senapan angin karena panik rekan lain yang tak sengaja mengenai secara reflek menyedot bagian kaki yang terkena, meskipun sebenarnya percuma.Â
Untung saja ada penduduk yang lewat dan mengantar rekan saya ke puskesmas terdekat. Setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu muncul keinginan berkunjung ke Brumbun lagi. Memanfaatkan liburan lebaran saya bersama istri dengan sepeda motor membelah jalanan kota Tulungagung menuju ke arah Selatan. Lama tak berkunjung ke sana saya nyaris lupa jalan menuju Brumbun.Â
Ada satu yang begitu saya ingat adalah melewati gunung kapur. Ini berdasarkan perjalanan saya sebelumnya, sewaktu masih duduk di bangku SMP. Saat pelantikan anggota baru PMR, kami berjalan kaki melewati daerah panas dan gersang. Satu lagi ingatan saya adalah melewati sebuah pabrik. Dengan bekal ingatan tersebut saya mencoba menduga-duga jalan menuju pantai, namun ternyata hal itu tidaklah cukup. Beberapa kali saya salah arah dan akhirnya mencoba bertanya pada seorang penduduk yang ada di pinggir jalan.Â
Dengan informasi tambahan tersebut kami melanjutkan perjalanan, tapi rupanya ini belum cukup. Tiga kali kami bertanya pada penduduk. Jalan menuju Brumbun tak jauh beda dengan rute menuju Pantai Popoh Tulungagung. Bagi anda yang ingin berkunjung kesana bisa menuju kecamatan Pucanglaban. Sebagai pedoman adalah setelah menjumpai pabrik coklat anda berbelok kekanan. Jalanan memang berliku, melewati jalan rusak dan terkadang menuruni lereng yang curam. Perjalanan kamipun tidaklah sia-sia. Warna air laut yang biru, udara segar, dan deretan perahu nelayan membayar lunas usaha kami. Setelah menuruni lereng terakhir kamipun sampai di Brumbun. Suasana memang sedikit berbeda dengan dulu. Sepanjang jalan daerah yang dulu masih dipenuhi rimbunan pohon kini nyaris gundul dan jalanan semakin parah saja kerusakanya.Â
Kamipun berhenti menikmati suasana pantai tak jauh dari sekolah tempat saya pernah bermalam lebih dari sepuluh tahun lalu. Sekolah tersebut kini jauh lebih baik, ada tambahan ruang kelas. Saya masih ingat dulu hanya ada tiga ruang kelas. Sejenak kami terhanyut suasana pantai dengan gemuruh ombak, angin sepoi-sepoi dan warna biru. Apalagi suasana pantai Brumbun lengang tak ada pengunjung yang datang selain kami lainya adalah penduduk sekitar. Setelah puas mengambil foto kamipun kembali ke kota Tulungagung. Meskipun dalam hati saya masih penasaran mengabadikan keindahan alam pantai ini dalam berbagai suasana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H