[caption id="attachment_181084" align="alignleft" width="300" caption="sumber foto : ibnumars.files.wordpress.com"][/caption]
Beberapa tahun belakangan berkendara di jalanan ibukota menjadi sangat tidak nyaman. Kemacetan bisa terjadi setiap saat. Senin pagi macet, Selasa macet, Sabtu macet, bahkan hari Minggu juga sama saja. Mau tidak mau akhirnya pengendara harus menikmati kemacetan. Biasanya kalau sudah seperti ini bila tak ingin terlambat di tempat tujuan memajukan jadwal keberangkatan lebih awal misalnya jika kondisi lancar perjalanan bisa ditempuh dalam waktu satu jam maka mereka berangakat dua jam atau dua setengah jam sebelumnya.
Terkait dengan jalanan macet ini saya punya pengalaman menarik. Suatu waktu saya dan beberapa rekan kantor ada satu acara di Hotel Atlet Century. Mengantisipasi macet pukul 7 pagi kami sudah berangkat dari tempat kerja di daerah Pancoran. Kami menempuh perjalanan menggunakan taksi. Namun entah hari itu di jalan kecil dekat kantor saya tak bisa kami temui armada taksi yang biasa menjadi langganan. Akhirnya karena waktu yang semakin mepet ketika melihat taksi kosong meski bukan langganan kami panggil. Kondisi jalan ternyata sedang macet-macetnya. Melihat kondisi yang ada asumsi saya perjalanan membutuhkan waktu kira-kira paling cepat satu jam dan itu mungkin cukup sulit juga terjadinya.
Melihat jalanan yang macet sopir taksi menawarkan alternatif lewat tol atau jalan biasa? Jika tengah macet-macetnya biasanya ya sama saja lewat tol tak banyak berpengaruh. Namun si pengemudi terus meyakinkan kami kalau lewat tol perjalanan bisa lebih cepat. Akhirnya tol yang kami pilih.
Dengan santainya sopir itu perlahan namun pasti membawa mobilnya merayap diantara kendaraan-kendaraan yang tengah terjebak macet. Satu demi satu kendaraan ia salip. Sambil mengemudi pak sopir yang awalnya nampak pendiam tersebut mulai bercerita. Cerita awal dimulai dengan taksinya yang menurut pengakuanya menjadi langganan dari seorang menteri. (sekarang sudah mantan). Karena itulah dia mengenal banyak aparat.
Saya hanya mendengarkan saja. Sementara pak sopir membawa taksinya menerobos kemacetan dan menyalip dari kiri kanan. Sambil beraksi ia terus saja cerita tentang pengalamannya di beberapa negara katanya ia sempat tinggal di Moskow dan lama di Arab. Berkat kemampuan mengemudinya tersebut ia menjadi orang kepercayaan mantan raja Arab yang kini sudah meninggal. Bahkan ketika sudah balik ke Indonesiapun ia sempat dihubungi diminta kesana lagi namun ia menolak.
Yah antara percaya dan tidak kami ikuti saja apa yang dikatakan sopir itu. Ia terus bercerita dan meyakinkan kami bahwa pasti akan tepat waktu jam 8 sampai. Yah percaya...meski dalam hati juga bertanya-tany terlebih cerita lagi tentang raja Arab saudi yang katanya pernah jadi majikannya.
Ya..ya..ya...
Mobilpun terus melaju dan surprise, benar-benar sesuai yang dia katakan kami datang tepat waktu bahkan intime tak hanya ontime...Tak sampai satu jam kami sampai di tempat tujuan. Meski sebenarnya sepanjang perjalanan cukup dag dig dug juga...
Melihat caranya mengemudi mengingatkan saya pada kisah michael Scumacer. Tentunya sebagian besar tahu siapa itu Michael Schumacher. Menyebut namanya asosiasi sebagian besar dari kita adalah nama pembalap tim Mercedez, mantan juara dunia Formula 1. Kelihaian sang legenda dari Jerman ini ternyata tak hanya di balik kemudi jet darat namun juga di balik kemudi taksi. Diceritakan suatu waktu sang jawara Formula 1 dalam perjalanan menuju bandara. Mungkin karena dikejar oleh waktu dan kuatir tertinggal pesawat insting membalapnyapun muncul. Schumacer minta ijin berada di balik kemudi dan benar saja si pengendara taksi mengijinkanya. Wah emang dasar mantan jawara balap waktu tempuh menuju bandara jadi lebih singkat. Membayangkan peristiwa tersebut imajinasi saya melihat aksi sang pembalap menyalip kendaraan demi kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ya mirip yang saya alami. (hehehe..) dengan janji yang ia tepati untuk sampai tepat waktu di lokasi tujuan mungkin saya harus mempercayai semua ceritanya tentang Raja Arab, Moskow dan lainnya.
Fathoni Arief
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H