Setiap manusia mempunyai berbagai macam cara untuk mencapai "ketenangan" hatinya masing-masing. Ada orang yang dengan mendekatkan diri dg Tuhannya membuat ia menjadi tenang,ada yang dengan melakukan perbuatan negatif bisa membuatnya memperoleh ketenangan, ada orang yang dengan liburan bisa mendapatkan ketenangan,ada yang dengan menangis saat tertimpa musibah menjadikannya lebih tenang dan lain sebagainya.Kali ini penulis akan mambahas tentang konsep pencarian "ketenangan" yang dinilai sangat simpel dan efektif yaitu "pasrah"
Mengapa pasrah? Bukannya pasrah itu sama halnya dengan menyerah?
Hakikat dari "pasrah" bukan berarti menyerah. Disini penulis akan mengerucutkan dan memfokuskan tentang relevansi antara pasrah, ikhlas dan konsep hidup stoikisme.
Persamaan dari ketiga hal tersebut yakni percaya bahwasannya apapun kejadian,apapun hal,apapun permasalahan di dunia ini terjadi pasti karena ada unsur campur tangan Sang Ilahi. Dan ketidaknyamanan(ketidaktenangan) hati muncul akibat ketidak percayaan atau kurangnya kepercayaan pada Tuhannya. Kurangnya "pasrah" dalam menjalani kehidupan dapat menyebabkan seseorang menjadi gelisah,menjadi bingung dalam menyelesaikan suatu masalah,menjadi terburu-buru dalam menentukan pilihan. Gelisah juga disebabkan oleh ketakutan. Dalam artian ketakutan selain kepada Sang Ilahi.
Kita semua pasti mempunyai keinginan,cita-cita dalam hidup. Dan dalam proses penggapaian tersebut pasti tidaklah mudah, dan pasti akan menjumpai rintangan-ringtangan yang akan dilewati. Masalah atau rintangan tersebut kerap kali menjadikan seseorang akan frustasi dan menyerah dalam upaya mencapai keinginannya. Kita tahu bahwa menjadi seorang idealisme memang baik, akan tetapi apakah realita itu mendukung idealismemu? Berpegang teguh pada idealisme memang sangatlah baik,tapi sebaiknya kita juga tidak mengenyampingkan realita yang terjadi. Agar dapat memahami makna hidup yang sesungguhnya bahwa semua ini adalah kehendak dariNya.
Ber "pasrah" juga harusnya diimbangi dengan berusaha. Berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Pasrah bukan berarti menyerah, karena konteks dari pasrah berbeda dengan menyerah. Menyerah itu sama halnya dengan putus asa.Dari sini kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya ketenangan ada dalam diri kita sendiri. Namun diri kita sendiri terkesan enggan untuk mencarinya.
Karena hakikatnya, masalah itu muncul karena ulah kita sendiri dan pasti karena campur tangan Sang Ilahi. Yang menjadi problem tidak tenangnya hati adalah ketakutan,ketakutan yang berlebihan. Ketakutan menimbulkan kegelisahan, kecemasan. Bukankah begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H