Mohon tunggu...
Fathiryan Fauzi Eka Septian
Fathiryan Fauzi Eka Septian Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatnya Pengangguran di Era Bonus Demografi

22 Agustus 2023   17:55 Diperbarui: 6 Juni 2024   13:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini negara kita sedang dihadapkan pada Era Bonus Demografi yang merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk sebuah negara pada usia produktif/ usia kerja yaitu berkisar antara 16 tahun hingga 65 tahun. Yang dimana peningkatan tersebut diikuti oleh penurunan angka kelahiran serta angka kematian.  

Diperkirakan Era Bonus Demografi yang terjadi di Indonesia akan berlangsung selama tahun 2020-2030. Serta, Indonesia akan berangsur-angsur meninggalkan Era Bonus Demografi pada  tahun 2030-2035. Pada era bonus demografi, fenomena meningkatnya angka pengangguran telah menjadi isu yang signifikan di banyak negara. 

Bonus demografi merujuk pada periode dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk non-produktif seperti anak-anak dan lansia. Meskipun di satu sisi fenomena ini dapat menjadi potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi, pada sisi lain, minimnya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan pertumbuhan populasi usia produktif dapat menghasilkan dampak sosial dan ekonomi yang merugikan. Melimpahnya penduduk usia kerja yang tidak memiliki keahlian dan keterampilan dapat meningkatkan tingkat pengangguran, tingkat kriminalitas, tingkat kemiskinan, dan menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Salah satu faktor yang berperan dalam meningkatnya angka pengangguran adalah ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan yang tersedia. Banyak lulusan baru yang memasuki pasar kerja dengan harapan yang tinggi namun kesulitan menemukan pekerjaan yang relevan dengan gelar yang mereka miliki. Fenomena ini terjadi karena kurangnya sinergi antara dunia pendidikan dan dunia industri, serta perubahan cepat dalam tuntutan teknologi dan keterampilan.

Selain itu, perubahan dalam struktur ekonomi juga dapat berkontribusi terhadap masalah ini. Pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri dan layanan sering kali memerlukan keterampilan yang berbeda. Jika tidak ada upaya yang cukup dalam mengembangkan keterampilan yang sesuai, maka akan muncul kesenjangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan pasar kerja, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan angka pengangguran.

Namun, perlu diingat bahwa meningkatnya angka pengangguran tidak hanya disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan. Faktor lain seperti fluktuasi ekonomi global, perubahan regulasi, dan kondisi politik juga dapat mempengaruhi kesempatan kerja. Selain itu, dampak pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 juga telah berperan dalam memperburuk situasi pengangguran di banyak negara.

COVID-19 juga berpengaruh dalam pendidikan, contohnya saat COVID-19 lagi marak-maraknya semua pembelajaran dari tingkat SD sampai perguruan tinggi dilakukan proses belajar mengajar secara daring. Seperti di Universitas Airlangga sendiri pada saat itu pembelajaran dilakukan dengan cara daring. Menurut kakak saya sendiri yang pada saat itu menjadi mahasiswa aktif Universitas Airlangga, bahwa pembelajaran secara daring kurang optimal untuk di perguruan tinggi. Karena materi-materi yang di sampaikan kurang bisa untuk di pahami. Dan juga pada saat itu mahasiswa baru Universitas Airlangga tidak bisa merasakan bagaimana meriahnya PKKMB Universitas Airlangga secara offline atau secara langsung.

Dalam mengatasi masalah ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan dan pelatihan, memperluas pasar tenaga kerja, mengelola pertumbuhan populasi, dan meningkatkan tingkat kesehatan penduduk. Ada juga upaya yang dapat dilakukan adalah kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan. 

Pemerintah dapat mendorong pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja serta menciptakan iklim bisnis yang kondusif bagi pertumbuhan industri. Lembaga pendidikan perlu memperkuat hubungan dengan dunia industri untuk memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Secara keseluruhan, fenomena meningkatnya angka pengangguran akibat minimnya lapangan pekerjaan di era bonus demografi adalah tantangan serius yang memerlukan solusi holistik. Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, industri, maupun lembaga pendidikan, diharapkan dapat diciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka pengangguran secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun