Anak laki-laki dan perempuan didorong untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang berbeda. Seperti anak laki-laki tidak boleh cepat menangis, sedangkan untuk anak perempuan pada usia yang sama dikatakan biasa jika menangis. Pandangan tentang laki-laki seperti bersuara keras, bertubuh atletis, agresif, kasar an kurang berperasaan.Â
Anak laki-laki juga diharapkan lebih pintar dari anak perempuan. Sebaliknya, anak perempuan diharapkan menjadi makhluk yang patuh atau mau mengalah, emosional, rapi dan bersih. Mereka tidak dibenarkan untuk mengekspresikan pendapatnya. Anak perempuan lebih didorong untuk memilih seni dan bahasa serta diharapkan lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan peran sebagai ibu.
Stereotip yang banyak sekali kita jumpai misalnya anak laki-laki dicap lebih kuat dan anak perempuan lebih lemah. Atau laki-laki menyukai sifat maskulin dan anak perempuan menyukai sifat feminin.Â
Stereotip bisa merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Tentu saja karena bersifat negatif, stereotip gender menjadi sesuatu yang dapat memberatkan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Dan jelas hal ini merupakan sebuah hak manusia yang tidak seharusnya terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H