Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan motivasi guna menunjang keberhasilan dan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin diraih. Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi motivasi belajar siswa, salah satunya ialah lingkungan pertemanan. Lingkungan pertemanan akan selalu memiliki peran yang signifikan terhadap proses pembelajaran, mulai dari pembentukan emosi, minat, kebiasaan, hobi, cara bertutur hingga ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam esai ini akan dibahas mengenai dampak lingkungan pertemanan terhadap motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar merupakam semangat untuk belajar yang berwujud tindakan-tindakan positif, seperti berlatih keras mengerjakan soal-soal untuk mengasah kemampuannya serta giat mencari reverensi-reverensi dan haus akan ilmu pengetahuan. Adanya motivasi belajar memungkinkan siswa untuk tidak berputus asa dalam mencapai keinginannya mempelajari suatu ilmu sehingga memperoleh prestasi yang optimal, karena siswa cenderung memiliki mimpi dan tujuan yang ingin ia capai. Menurut Agus (2012:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku, artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:97) salah satu faktor yang memengaruhi motivasi belajar adalah kondisi lingkungan siswa yang dimana di dalamnya terdapat teman sebaya. Teman-teman sebaya merupakan suatu tempat bagi individu untuk menunjukkan jati dirinya pada saat remaja. Lingkungan pertemanan  merupakan lingkungan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran, hal tersebut dikarenakan teman sebaya cenderung memiliki berbagai kesamaan, seperti kesamaan usia, status dan topik obrolan. Lingkungan pertemanan dapat berdampak positif ataupun negatif tergantung bagaimana lingkungan pertemanan siswa itu sendiri. Lingkungan pertemanan mampu memberikan motivasi sekaligus suasana yang membangun apabila berada di dalam kelas, siswa cenderung lebih merasa nyaman jika belajar ataupun bertanya mengenai materi pembelajaran dengan teman sebayanya, kebanyakan siswa cenderung malu bertanya pada gurunya dan muncul suatu ketakutan tersendiri.
Pentingnya memiliki lingkungan pertemanan yang baik juga dijelaskan oleh Santrock (2007: 56) yang menyebutkan relasi yang baik diantara kawan-kawan sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal dimasa remaja. Perkembangan sosial pada remaja merupakan proses kompleks di mana individu mengalami perubahan dalam hubungan sosial, identitas, dan peran mereka dalam masyarakat. Perkembangan sosisal merupakan periode penting bagi siswa, siswa mulai mengembangkan keterampilan sosial, nilai-nilai, dan konsep diri yang akan membentuk bagian integral dari kedewasaan mereka. Berikut merupakan dampak positif dan negatif lingkungan pertemanan terhadap motivasi belajar siswa.
Pertama, lingkungan pertemanan yang mendukung dan memiliki minat belajar yang sama dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Ketika siswa memiliki teman-teman yang bersemangat belajar dan terus mengembangkan diri di berbagai ajang, baik akademik maupun non akademik, mereka cenderung merasa termotivasi untuk sama-sama berjuang meraih prestasi. Adanya lingkungan yang mendukung juga memengaruhi tingkat percaya diri siswa untuk berani mengikuti berbagai perlombaan, hal tersebut dikarenakan lingkungan pertemanan yang mendukung cenderung tidak sungkan untuk memberikan pujian, dorongan dan dukungan.
Kedua, lingkungan pertemanan yang memiliki minat yang sama dapat membentuk kelompok belajar atau proyek bersama. Kolaborasi dengan lingkungan pertemanan dapat memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai tujuan bersama, proses belajar yang bersifat sosial ini dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan memuaskan. Motivasi belajar yang tinggi perlu dibarengi dengan peran guru didalamnya, guru harus selalu mengawasi siswa dan memberikan bantuan jika siswanya kesulitan menyelesaikan suatu permasalahan. Â Guru harus dapat membimbing siswa dalam mengerjakan apa yang ia inginkan namun tidak membatasi kreativitas yang ia miliki.
Adanya pengaruh positif akan selalu dibarengi dengan pengaruh negatif didalamnya, semisal siswa berada di sekitar teman-teman yang kurang tertarik pada pendidikan atau yang terlibat dalam perilaku negatif, motivasi belajar siswa tersebut dapat terganggu. Siswa tersebut akan cenderung merasa santai akan tanggungjawabnya dan terpengaruh dengan kebiasaan yang tidak baik, lingkungan pertemanan yang tidak baik dapat memengaruhi siswa untuk mengabaikan tugas-tugas akademik atau bahkan terlibat dalam perilaku yang merugikan siswa itu sendiri.
Selain itu, persaingan yang tidak sehat dengan teman-teman dapat menghambat motivasi belajar, hal tersebut dapat terjadi jika siswa terlalu fokus pada perbandingan dengan teman-teman siswa itu sendiri, hal tersebut dapat mengganggu perhatian siswa dari tujuan belajar sejati. Hasrat untuk unggul dalam hal prestasi akademik maupun non akademik dapat memicu tingkat stres yang tinggi, hal tersebut berdampak pada mengurangnya motivasi belajar siswa. Haus ilmu bukanlah suatu hal yang buruk, namun arogan dan egois pada diri sendiri yang selalu memaksakan  menjadi nomor satu adalah hal yang buruk. Terkadang rasa cinta dan bangga pada diri sendiri tertutup dengan sifat egois yang kita tanam sendiri, pentingnya menanamkan rasa cinta dan apresiasi pada diri siswa itu sendiri merupakan salah satu peran penting guru dalam proses belajar mengajar.
Tidak hanya itu, lingkungan pertemanan yang kurang mendukung dapat juga mengurangi motivasi belajar siswa, siswa yang lebih senang sendiri bukanlah mereka yang tidak mau bergaul, terkadang mereka merasa kesepian atau terisolasi dalam perjuangan akademik mereka sendiri. Mereka cenderung insecure dengan berbagai prestasi yang orang lain raih, bukannya prestasi tersebut dijadikan motivasi, namun malah dijadikan alasan untuk menutup diri. Disinilah dukungan sosial dari lingkungan pertemanan sangat penting dalam membantu siswa mengatasi hambatan-hambatan belajar.
Oleh karena itu, penting bagi pendidik, orang tua, dan siswa sendiri untuk memahami dan memanfaatkan pengaruh lingkungan pertemanan dengan bijak. Pendidik dapat menciptakan lingkungan kelas yang kolaboratif dan suportif dalam proses pembelajaran, orang tua dapat berperan dalam memastikan anak-anak mereka memiliki teman-teman yang positif dan mendukung dalam berbagai kegiatan selama itu positif. Sementara itu, siswa harus belajar untuk memilih teman-teman dengan bijak dan tidak terpengaruh oleh tekanan negatif dari teman sebaya.
Kesimpulannya, lingkungan pertemanan memiliki dampak yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Lingkungan pertemanan yang positif dapat menjadi sumber inspirasi, dukungan sosial, dan kelompok belajar. Namun, siswa juga dapat terpengaruh negatif melalui lingkungan pertemanan yang acuh akan pendidikan dan persaingan yang tidak sehat. Karena hal tersebutlah, penting untuk kita memahami pengaruh ini dan berupaya menciptakan lingkungan pertemanan yang mendukung motivasi belajar siswa, dan membantu mereka meraih kesuksesan dalam ranah pendidikan mereka.