Mohon tunggu...
Fathimah Dhe Fotte
Fathimah Dhe Fotte Mohon Tunggu... -

low profile ^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kecacatan yang Lain

30 Desember 2010   16:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:11 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang itu saat matahari tengah terik…menyongsong adzan dzuhur dikumandangkan…
Ku melangkahkan kaki bersama kedua teman seperjuangan menuntut ilmu ku..
Menyusuri jalan- jalan yang gersang dan meradang..
Ku lepaskan dahaga dengan membeli sebotol air mineral yang dijajakan di bawah rindangnya pohon di pojok tempat itu…
Langkah demi langkan kami lanjutkan hingga kami singgah di tempat peristirahatan yang menurutku cukup nyaman walau matahari yang terik masih samara-samar terasa di balik dedaunan yang kurang rapat yang melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi..
Saat itu kurasakan begitu damainya memandangi pemandangan yang indah di pelupuk mata… dataran yang hijau serta ramainya suasana di sekitar menambah keriangan siang itu..
Seringnya anak-anak mengunjungi dataran itu untuk bermain beramai-ramai mempercantik suasana yang ada..
Tak lama bersenda gurau kamipun mulai beranjak dari persinggahan kami yang mungkin kurang nyaman bagi teman-temanku..
Kami melangkah lagi menuju tempat yang lebih tinggi..
Menusuri setiap anak tangga selangkah demi selangkah..
Duduk di atas sana memang sangat mengasyikan..
Dapat lebih jelas menikmati pemandangan yang telah di ciptakan oleh Allah yang Maha Esa dengan seksama..
Memperhatikan setiap yang bergerak dengan jelas..
Dengan penuh rasa ingin tahu..
Lalu bergejolak rasa Tanya dalam hati..
Di suatu detik waktu yang terus berlalu..
Ku ekspresikan pemikiranku dengan mimic yang menurutku lebih membuatku merasa lebih baik..
Tercetus kata-kata bekata seperti bisu..
Memang dalam hati pernah tertarik mempelajarinya…
Belajar bahasa seseorang yang tak pernah sebelumnya kita pelajari..
Tak pernah diajarkan di bangku sekolah..
Rasa ingin tahu tapi tak tahu harus kemana menanyakannya..mempelajarinya..
Setelah siang itu baru aku menyadari sekarang..
Ternyata di balik semua ini Allah sungguhlah sangat Adil..
Allah berikan kekuatan mental bagi mereka yang tuna wicara kekuatan mental yang amat..
Mungkin mereka sering disakiti..tapi apakah mereka berputus asa..
Ternyata mereka tetap bertahan dan menikmati setiap waktu yang dilewati dengan bahagia..
Karma jika mereka berputus asa … alangkah banyaknya orang yang tuna wicara tewas dengan menyedihkan..
Tapi…
Allah memberikan mereka kelebihan..yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain yang sempurna secara lahiriah.. tapi banyak kecacatan secara rohaniah...
Semua itu tidak dapat di pungkiri…
Betapa mudah seseorang yang sempurna secara lahiriah dapat khilaf menghardik seseorang dan menyakiti perasaan seseorang dengan lugas..
Tetapi orang yang terlahir dengan keadaan yang kurang sempurna tersebut sebenarnya lebih beruntung karna ia dapat menjaga lisannya yang memang ia tak dapat menggunakannya..
Aku merasa mereka sebenarnya tidak terlahir dengan kecacatan yang membatasi mereka..
Tapi sesngguhnya Allah menjaga lisan mereka dari kecacatan yang lain..
Dan masihkan kita menggunakan pemberian Allah yang sungguh lebih beruntung dari seorang tuna wicara ini dengan kecacatan yang lain..
Sungguh Aku berlindung padamu ya Allah…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun