Mohon tunggu...
Fathia Rizky
Fathia Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I'm currently studying at Sebelas Maret University in the field of Applied Communication. Since childhood, I've been interested in the creative world, starting from singing, writing, editing, and sketching. All these activities have become my hobbies since childhood. I've been actively writing on several writing platforms with quite a lot of active readers. I'm also interested in the creative world of film, and I enjoy watching and learning about movies in my spare time. Besides being interested in writing and movies, I also really enjoy making music, singing, editing, and sketching in my spare time. I'm always taking the time to learn more about my areas of interest and even the new ones. If you're wanna know more about me, please find me on http://instagram.com/fathia.rz

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengurai Paradoks: Biaya Pendidikan Naik, SDM Turun?

8 Juni 2024   14:30 Diperbarui: 8 Juni 2024   14:48 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah kunci investasi untuk membuka pintu masa depan. Apalagi, Indonesia saat ini memiliki visi penting, yaitu menuju “Indonesia Emas 2045.” Namun, belakangan ini,  kita menghadapi paradoks yang menarik: biaya pendidikan­—tepatnya Uang Kuliah Tunggal Perguruan Tinggi Negeri—terancam meroket. Banyak masyarakat yang khawatir bahwasanya hal ini dapat memengaruhi penurunan kualitas SDM di Indonesia, terutama kekhawatiran kegagalan pencapaian visi Indonesia, “Indonesia Emas 2045,” mengingat tidak semua masyarakat mampu untuk membayar biaya pendidikan yang tinggi.

Meski Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarim mengatakan bahwasamya Uang Kuliah Tunggal dibatalkan naik tahun ini. Setelah bertemu dengan Presiden Jokowidodo, Nadiem Makarim mengurungkan terjadinya kelonjakan biaya UKT. Kemendikbud memberi waktu kepada pihak kampus untuk mengajukan kembali tarif UKT dan SPI sekaligus mencabut aturan rektor yang lama. Setelah tarif UKT dan SPI baru yang tanpa kenaikan diterima, Kemendikbud akan mengeluarkan surat rekomendasi atau persetujuan. Kemendikbud memastikan bahwasanya tidak akan ada mahasiswa baru tahun akademik 2024/2025 yang membayar UKT lebih tinggi dari tarif yang nantinya akan disetujui. Selain itu, diperintahkan juga agar rektor memperpanjang masa daftar ulang dan melakukan pengembalian bagi kelebihan pembayaran yang telah dilakukan sebelumnya. Alternatif lain adalah dengan dilakukannya penyesuaian perhitungan pembayaran UKT untuk semester berikutnya.

Walaupun membawa ketenangan sementara, hal ini tidak melepas kemungkinan bahwasanya biaya pendidikan PTN ini akan naik di tahun berikutnya. Maka dari itu, mari kita selami lebih dalam tentang paradoks terkait.

Biaya Pendidikan: Naik atau Terbang?

Biaya pendidikan memang terancam semakin menaik, tetapi terkadang rasanya bak  sedang meluncur ke luar angkasa. Lalu, apa saja alasan kenapa biaya pendidikan bisa menjadi dilema dompet?

  • Inflasi dan Kenaikan Harga: Adapula alasan biaya pendidikan terus meningkat seiring dengan inflasi dan kenaikan harga. Faktor-faktor seperti biaya gedung, peralatan, dan gaji tenaga pengajar berkontribusi pada kenaikan biaya ini
  • Permintaan Tinggi: Permintaan akan pendidikan yang berkualitas tinggi semakin tinggi. Orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka, bahkan jika itu berarti mengeluarkan lebih banyak uang
  • Tenaga Pengajar Berkualitas: membayar gaji dan tunjangan yang kompetitif untuk staf pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan biaya operasional.  Dalam upaya meningkatkan kualitas, kampus pun harus memenuhi berbagai indikator standar mutu dan akreditasi yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, memiliki dosen tetap lebih banyak dari yang tidak tetap.
  • Peningkatan Teknologi: Penggunaan teknologi dalam pendidikan (misalnya, pembelajaran online, aplikasi pembelajaran, dsb nya) memerlukan investasi tambahan.

SDM Turun, tapi Bukan Karena Gravitasi

Lalu, hal-hal apa saja yang dapat mengancam merosotnya kualitas SDM?

  • Kualitas Pendidikan: Meskipun biaya pendidikan meningkat, kualitas pendidikan tidak selalu mengikuti. Beberapa lembaga pendidikan mungkin kurang fokus pada peningkatan kualitas pengajaran dan kurikulum. Sehingga kualitas pendidikan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
  • Kesenjangan Keterampilan: Kita sering mendengar cerita tentang lulusan yang tidak siap menghadapi dunia kerja. Mereka memiliki gelar, tetapi apakah mereka memiliki keterampilan yang relevan? Apakah mereka memiliki kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi dengan baik, dan beradaptasi dengan perubahan? Maka dari itu, dibutuhkan pelatihan keterampilan bagi calon-calon pekerja, agar dapat mengenal seluk beluk dunia kerja dengan mahir lebih awal.
  • Kurangnya Investasi dalam Pengembangan SDM: Fokus pada biaya pendidikan sering mengabaikan investasi dalam pengembangan SDM setelah lulus. Pelatihan lanjutan dan pengembangan keterampilan seringkali kurang diperhatikan. Maka dari itu, pemerintah dan sektor lainnya sebaiknya berinvestasi dalam pelatihan lanjutan dan pengembangan keterampilan bagi lulusan.

Strategi Membalikkan Paradoks

  • Transparansi Biaya: Kampus atau lembaga pendidikan harus lebih transparan mengenai biaya dan memastikan bahwa biaya yang dikeluarkan sepadan dengan kualitas pendidikan yang diberikan.
  • Kreativitas dalam Kurikulum: Kampus atau lembaga pendidikan harus mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan memastikan lulusan memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
  • Diversifikasi Sumber Pendanaan: Kampus atau lembaga pendidikan seharusnya bisa mencari sumber-sumber pemasukan alternatif agar tidak sepenuhnya membebankan biaya operasional kampus pada uang kuliah mahasiswa.
  • Investasi dalam Pengembangan SDM: Pemerintah dan sektor swasta harus berinvestasi dalam pelatihan lanjutan dan pengembangan keterampilan bagi lulusan.
  • Kolaborasi Berujung Efisiensi Biaya Operasional: Dunia pendidikan, industri, dan pemerintah harus bekerja sama. Kita semua punya peran dalam mengatasi paradoks ini. Salah satu caranya, adalah dengan kolaborasi yang dapat mengefesiensikan biaya operasional. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai biaya fasilitas dengan pihak lain seperti dunia industri.
  • Mengawasi Agar Beasiswa Dapat Tepat Sasaran: Salah satu harapan masyarakat kurang mampu adalah dengan adanya beasiswa untuk mengatasi masalah pendidikan mereka. Maka dari itu, sebaiknya pemerintah dapat lebih selektif dalam menargetkan penerima beasiswa pemerintah. Jangan sampai beasiswa tersebut salah sasaran terhadap masyarakat yang mampu untuk membiayai pendidikannya secara penuh.

Kesimpulan

Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan SDM adalah dengan pendidikan yang memadai. Maka dari itu, paradoks antara biaya pendidikan yang naik dan penurunan kualitas SDM adalah tantangan yang kompleks. Kita tidak bisa hanya menyalahkan lembaga pendidikan. Mungkin ada kesenjangan antara apa yang diajarkan di kelas dan apa yang dibutuhkan oleh dunia nyata. Kurikulum yang kaku, kurangnya pelatihan keterampilan, dan fokus pada nilai akademis seringkali mengabaikan aspek praktis.

Biaya pendidikan naik, tapi jangan biarkan kualitas SDM turun. Mari berinvestasi dengan bijaksana. Bukan hanya dalam uang, tetapi juga dalam pemikiran, kerjasama, dan inovasi. Generasi mendatang akan menghargai kita karena telah mengurai paradoks ini demi menciptakan pendidikan berkualitas bagi Indonesia di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun