Mohon tunggu...
Fathia NurAshifa
Fathia NurAshifa Mohon Tunggu... Lainnya - -

Halllaaaw!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengais Rezeki dengan Kostum Badut

25 Mei 2021   20:04 Diperbarui: 25 Mei 2021   20:33 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis 1: Arie Surya Gutama, S.Sos.,S.E.,M.Si.

arie@unpad.ac.id

Penulis 2: Melanie Nurjani

melanie20002@mail.unpad.ac.id

Penulis 3: Fathia Nur'Ashifa

fathia20006@mail.unpad.ac.id

Pandemi COVID -- 19 memberikan efek yang serius bagi perekonomian masyarakat dan makroekonomi negara. Bukan hanya menyerang kesehatan bagi manusia, virus ini juga dapat mengakibatkan terjadinya depresi ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Bulan September 27,55 juta orang, meningkat 1,13 juta orang terhadap Maret 2020 dan meningkat 2,76 juta orang terhadap September 2019. 

Faktor-faktor ekonomi yang terdampak adalah seperti kegiatan ekspor-impor dibatasi, toko-toko ditutup, pendapatan UMKM menurun bahkan merugi, banyak orang yang terkena PHK, sehingga tidak memiliki penghasilan. Seperti dalam materi ekonomi, adanya kelangkaan dapat menyebabkan masalah ekonomi. Kondisi yang sedang dialami sekarang ini adalah kelangkaan lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan masalah ekonomi dan masalah lainnya. Resesi ekonomi dan PHK mengakibatkan meningkatnya pengangguran. (hidup di Indonesia saat ini membuat orang kaya menjadi semakin kaya dan  masyarakat miskin menjadi semakin miskin apalagi di masa COVID -- 19 seperti saat ini membuka lebar peluang krisis ekonomi yang berkepanjangan).

Oleh karena itu, banyak orang yang melakukan pekerjaan apa pun untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti misalnya menjadi badut jalanan. Faktor ekonomi keluarga merupakan salah satu alasan mengapa kini banyak sekali badut di kota-kota besar. Meskipun sebelum COVID -- 19 pun sudah ada orang yang bekerja menjadi badut, tetapi kini badut jalanan semakin marak di jalanan. Rasa malu dan rasa tidak percaya diri pun harus dihilangkan dan bukan lagi menjadi halangan karena keadaan yang memaksanya. 

Badut jalanan kini menjadi profesi baru di masyarakat dan dianggap menjadi pilihan hidup di masa yang sulit ini. Banyak pula yang dulunya pengamen kini menjadi badut jalanan karena merasa pendapatannya menurun, maka diubahnya strategi agar berbeda dari yang biasanya. Kini badut jalanan tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa saja, banyak pula anak-anak yang menjadi badut. Tidak jarang anak merasa empati terhadap orang tuanya yang harus mencari alternatif lain untuk mencukupi kebutuhannya. Apalagi pembelajaran jarak jauh yang membutuhkan kuota yang tidak sedikit. Oleh karena itu, anak-anak mulai berupaya untuk dapat membantu orang tuanya dalam mencari uang. Fenomena maraknya badut jalanan menandakan bahwa adanya kesenjangan perekonomian dan tidak sejahteranya ekonomi bangsa.

Menurunnya siklus ekonomi masyarakat, membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk dapat mengatasi kesulitan ekonomi ini. Bantuan Langsung Tunai dan Bantuan Sosial merupakan salah satu kebijakan dari pemerintah. Bantuan dari pemerintah ini dikabarkan akan terus diberikan sepanjang tahun 2021. Efektivitas program bantuan sosial ditentukan oleh kesesuaian sasaran berdasarkan aturan atau kriteria yang telah disepakati. Permasalahan pada penyaluran bantuan sosial adalah distribusi bantuan kepada masyarakat miskin yang belum merata, dan sasaran program yang belum efektif. Masalah ini muncul karena pada kenyataannya bantuan sosial tidak jarang sampai pada sasaran yang salah. Banyak warga yang hidup serba berkecukupan mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah karena data penduduk yang tidak di klarifikasi ulang sehingga banyak warga yang kaget karena mendapat undangan untuk mengambil jatah bantuan dari pemerintah.  Hal ini mengakibatkan meningkatnya kesenjangan sosial, yang miskin akan semakin miskin karena bantuan yang sering salah sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun