Jum’at 27 Februari 2015, telah terjadi keributan didalam area stasiun tempat pemberhentian kereta berlangsung di stasiun kereta Tebet yang di penuhi sesak penumpang saat itu. Bagian pembelian dan refund tiket mengalami antrian panjang hingga batas parkiran bagian belakang. Silih berganti penumpang melewati batas antara masuk dan keluar stasiun, melakukan check in dan check out. Banyak juga diantara mereka yang berpatung sekitar area antrian tiket, bukan karna ingin menambah saldo, membeli tiket, ataupun refund. Tapi menunggui beberapa teman yang sedang antri.
Kejadian tak kurang dari lima belas menit ini cukup menggemparkan pengguna setia KRL Commuter Line. Entah berasal dari mana, seorang bocah laki-laki melintas tepat ditengah rel kereta, berlari kecil menuju jalan penyebrangan yang dibuat khusus. Tak ada yang tau, apa yang anak kecil kira-kira usia tujuh tahun itu lakukan, apakah ada orangtua nya disana atau tidak. Hampir semua orang berteriak menyaksikan, karna posisi kereta api saat itu berada tak jauh dari bocah yang melompat dari tempat duduk penunggu menuju rel bawah kereta. Beruntung kereta tersebut datang saat bocah kecil itu sampai dulu di jalan penyebrangan dan langsung ditarik oleh petugas ke seberang.
Tak hanya penumpang dalam kereta yang histeris, antrian panjang tiket pun dihebohkan. Ada yang bergumam,”tu bocah ga mikir apa! Coba deh pas kereta melintas, abis dah tu.” Yang lain pun menimpali,”mana lagi tuh orangtuanya. Anak kecil di kereta bukannya dijagain,” ricuh seketika. Pandangan mata antrian tiket penumpang tak lengah menatap was-was, takut, dan sesekali jengkel karna sikap anak itu. Hal yang sama juga terjadi pada masyarakata luar stasiun, banyak komentar saat itu. Hingga lunturlah satu-persatu antrian penumpang, segera check in memasuki area stasiun tempat kejadian tadi berlangsung. Ada yang dengan cepatnya menyorong ingin melihat, siapa bocah nakal yang hampir saja ternggut nyawa nya itu. Sebagian yang lain masih sibuk dengan perbincangan mereka seputar kejadian tadi.
Kereta jurusan Bogor pun datang, padat. Memang selalu begitu. Jika sore kereta menuju bogor memang ‘sangat’ padat. Sama halnya dengan kereta jurusan Bekasi. Sedangkan pagi harinya, jurusan berlawanan sebaliknya yang padat. Baik itu menuju Jakarta Kota maupun Tanah Abang. Hal ini sudah menjadi pemandangan ‘sangat biasa’ bagi pengguna setia KRL, banyak kejadian menegangkan yang tak hanya terjadi di stasiun, namun juga saat kereta melaju. Saat penumpang berbondong menegejar lajur kereta, ramai. Ada diantara mereka yang tak ‘dengan cepat’ memasuki kereta segera, dan jadilah jari mereka ataupun satu bagian kaki mereka terjepit dipintu. Entah memang masinis yang terlalu cepat menutup pintu atau mereka yang lalai. Hal ini tentu saja mengganggu perjalanan, mengakibatkan keterlambatan, baik itu akan pergi maupun ke perjalanan pulang. Berbagai peringatan tak lengah diumumkan masinis, mereka juga mencetak berbentuk pamphlet kecil lalu ditempelkan disemua gerbong kereta. Namun kejadian ini selalu saja ada, seakan rutinitas saja. Meskipun tidak setiap hari.
Keributan terkadang juga terjadi pada gerbong pertama dan terakhir, gerbong khusus wanita. Karna kebanyakan isinya wanita, mereka tak mau tau satu sama lain. Layaknya di gerbong laki-laki, ada diantara mereka yang mempersilahkan dududk ibu-ibu atau perempuan lainnya jika berdiri. Tak semuanya memang, namun setidaknya mereka menghormati. Tidak dengan gerbong pertama dan terakhir ini, ada ibu-ibu hamil dan menggendong anak kecil menaiki kereta, sebagian remaja yang duduk malah tak perduli. Mereka sibuk terlelap dikursinya tanpa memperdulikan ibu-ibu itu. Secara tak langsung mereka seolah mengoceh,”udah tau hamil. Masi aja naek kereta, ga tau diri tuh,” batin mereka. Disisi lain, ada benarnya juga raut muka omongan tak langsung remaja ini, namun bagiamana keharusan membuat ibu-ibu itu naek kereta, dalam kata ‘terpaksa’ , siapa yang tau.
Hal-hal menegangkan terkadang juga menghampri masinis, semisal jika cuaca tak mendukung. Ada-ada saja bencana. masinis harus memberhentikan sementara perjalanan, seperti pohon tumbang. Juga saat Kereta penuh dibeberapa stasiun lintasan. Saat di Manggarai misalnya, kereta seperti macet saja layaknya angkot. Meskipun demikian, penumpang KRL dari hari ke hari tak mengalami perubahan sedikitpun, malah semakin banyak. Bukannya mereka tak takut akan resiko, namun taka da jalan lain. Karna menempuh jalan darat dengan angkot atau bus akan mengakibatkan keterlambatan bagi segala aktivitas mereka. [FHR]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H