Mohon tunggu...
Fathul Muhammad AlFath
Fathul Muhammad AlFath Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Manusia asli Makassar, sangat tertarik terhadap air dari berbagai aspek, minat lainnya traveling, sepakbola, sejarah islam, Bioenergy, manajemen korporasi dan organisasi, dan lingkungan. Aktifitas sekarang setelah lulus dari Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor yaitu mengambil "batu" sebagai Auditor specialist Building di salah satu perusahaan Swasta Nasional. \r\nkunjungi di alfathnote.blogspot.com dan @FathMuhammad

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Mencari Caleg

14 Maret 2013   08:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:47 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah ini, baru terdengar dari candaan salah seorang Comic di acara Stand Up Comedy di salah satu stasiun TV. “Indonesia Mencari Caleg”, kedengarannya lucu, tetapi kalimat itulah yang memang pantas mewakili kondisi Indonesia di awal tahun ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa tahun depan (2014) adalah tahunnya politik Indonesia. Momen pemilihan Aleg (anggota legislatif) di masing-masing wilayah hingga pemilihan presiden akan menjadi santapan menitan masyarakat Indonesia.

Jangankan tahun depan, di tahun ini saja, euforia tahun politik 2014 sudah mulai terasa. Bahkan sudah sangat terasa. Mulai dari pencitraan beberapa tokoh menjadi seolah-olah “calon harapan” atau sebaliknya menjadi “calon lemah” hingga perekrutan-perekrutan calon-calon legislatif. Bahkan ada salah satu partai yang membuka pendaftaran ke masyarakat umum. Belakangan, sudah mulai marak istilah “kutu loncat” yaitu istilah bagi para politisi yang berpindah partai.

Di awal-awal tahun ini, partai politik (parpol) sudah mulai gencar mencari-cari orang untuk dijadikan pion penggerak bangsa ini. Mereka yang dicari bisa jadi orang-orang jadi yang memang sudah siap, namun bisa juga yang dicari adalah orang-orang polos yang bermodal besar, atau orang-orang polos yang populer. Terserah, siapapun yang dicari oleh para parpol, itu adalah urusan mereka dengan rakyat negara ini, bukan cuma itu, tetapi juga urusan mereka dengan pencipta bumi ini, Allah SWT.

Momen “Indonesia Mencari Caleg”, adalah momen yang penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Syukurnya Cuma 10 partai politik yang ikut. Meskipun demikian, istilah mencari caleg sepertinya hanya mewakili partai politik. Karena memang merekalah yang mencari caleg, mengingat secara formalitas dan legalitas penentuan caleg memang harus melalui mekanisme perwakilan dari parpol.

Nah.. bagaimana kalau masyarakat (katanya) sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap parpol?. Apakah dengan begitu, maka secara otomatis masyarakat juga sudah tidak percaya terhadap para caleg nantinya? Tentu tidak.

Pencitraan negatif ataupun positif terhadap parpol, seharusnya tidak akan memengaruhi kita untuk menentukan siapa caleg yang akan dipilih. Karena kita-(masyarakat)-lah yang membutuhkan anggota legislatif. Masyarakatlah yang memiliki hak keterwakilan dari para anggota legislatif. Bukan parpol. Parpol hanyalah alat demokrasi untuk mengelola bangsa ini.

Oleh karena itu, seharusnya istilah yang tepat untuk disampaikan kepada masyarakat adalah “Indonesia Membutuhkan Caleg”. Kalo istilah ini, seharusnya sudah tidak mewakili parpol lagi. Tetapi mewakili masyarakat Indonesia.

Sebagai masyarakat, maka seharusnya kita juga sudah mulai aktif melihat potensi-potensi caleg di sekeliling kita. Jangan pernah cuek, apalagi hilang harapan. Karena jika masyarakat (terutama golongan masyarakat menengah) cuek dan tidak peduli, sementara para elit penguasa sibuk bekerja mencari caleg, hanya akan mengakibatkan kesenjangan partisipasi politik. Artinya hanya orang-orang elit yang benar-benar terjun kedalam aktivitas politik.

Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena sesungguhnya masyarakatlah yang memiliki hak dan sekaligus kekuatan untuk memperbaiki bangsa ini. Bukan orang-orang elit yang hanya bermodalkan kekayaan dan popularitas. Wallahu A’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun