Mohon tunggu...
Fathan Nabila
Fathan Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya Fathan, Mahasiswi yang senang menulis opini terkini yang sedang hangat dibicarakan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kecerdasan Emosional, Senjata Utama Wirausahawan di Era Modern

3 Januari 2025   13:43 Diperbarui: 3 Januari 2025   13:45 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Pernahkah Anda bertanya, mengapa dua bisnis dengan strategi yang sama dapat berakhir berbeda? Jawabannya seringkali terletak pada kecerdasan emosional pemiliknya. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, pasca pandemi COVID-19 tercatat kenaikan jumlah wirausahawan menjadi 3,35% pada 2024, naik dari 2,93% di masa sulit pandemi 2020. Angka peningkatan ini tidak hanya menunjukkan pemulihan tetapi juga semangat kebangkitan baru dalam dunia kewirausahaan. Melalui dukungan pemerintah dari berbagai program seperti digitalisasi UMKM, Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), banyak generasi muda melihat kewirausahaan sebagai peluang karier yang menjanjikan. Namun, di tengah kenaikan ini, ada satu kemampuan yang menjadi kunci keberhasilan di dunia bisnis modern, yaitu kecerdasan emosional. Lebih dari sekadar strategi bisnis, kecerdasan emosional menjadi penentu siapa yang mampu bertahan dan unggul dalam persaingan.

Pada era bisnis modern yang dinamis dan kompetitif seperti saat ini, kemampuan teknis seperti manajemen keuangan atau strategi pemasaran saja tidak cukup untuk menjamin bisnis akan bertahan lama. Era persaingan digital menuntut wirausahawan juga memiliki soft skills yang mumpuni. Kemampuan seperti komunikasi, kepemimpinan, kerja sama tim, dan kemampuan adaptasi menjadi faktor penentu keberhasilan berjalannya bisnis. Wirausahawan yang mampu beradaptasi secara sosial dan emosional memiliki peluang dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan, mitra, serta tim kerja. Dunia bisnis yang semakin terhubung secara global membutuhkan wirausahawan yang tidak hanya dapat berpikir secara strategis, tetapi juga mampu membangun koneksi personal yang kuat. Dari sinilah kecerdasan emosional (EQ) memainkan peran penting terutama dalam keputusan bisnis yang harus diambil dengan cepat, kerja sama tim ketika harus bekerja dibawah tekanan, serta kemampuan mengelola dan memahami emosi.

Dilansir dari Mental Health America kecerdasan emosional atau emotional quotient didefinisikan dengan kemampuan seseorang untuk mengelola emosi diri sendiri serta memahami emosi orang lain. EQ mencakup lima komponen yang saling berkaitan yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kesadaran diri dapat membantu seseorang memahami bentuk emosi yang dimiliki, sedangkan pengelolaan diri berkaitan dengan cara seseorang untuk mengontrol reaksi emosional dalam berbagai situasi. Motivasi dan empati berperan memperkuat kemampuan memahami perasaan orang lain, dan keterampilan sosial dapat memungkinkan komunikasi yang efektif.

EQ seringkali dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (IQ) dalam perkembangan dunia bisnis. Jika IQ mencerminkan kemampuan kognitif seperti analisa logis, pemecahan masalah, manajemen keuangan, strategi bisnis, maka EQ memberikan kemampuan berupa hubungan interpersonal, manajemen stress, negosiasi, dan kepemimpinan. IQ dapat membantu seseorang merumuskan strategi bisnis yang cerdas dan EQ merupakan faktor yang memastikan implementasi strategi tersebut berjalan lancar melalui komunikasi efektif, kerja sama tim yang kuat, dan kemampuan untuk mengarahkan dinamika sosial yang kompleks. Maka dari itu, dalam dunia bisnis modern, IQ dan EQ saling melengkapi dengan EQ sebagai penentu kesuksesan jangka panjang.

EQ memiliki pengaruh penting pada keterampilan kewirausahaan, seperti pengambilan keputusan. Dalam dunia kewirausahaan, keputusan seringkali harus diambil di bawah tekanan. Wirausahawan dengan kesadaran diri yang tinggi lebih mampu menganalisis opsi secara rasional tanpa terbawa oleh emosi negatif. Sebagai contoh, ketika menghadapi penurunan pendapatan, seorang wirausahawan yang memiliki EQ tinggi dapat tetap tenang dan mencari solusi melalui evaluasi strategi pemasaran atau kolaborasi dengan mitra baru.

EQ juga penting dalam pengelolaan stress, terutama pada ketidakpastian pasar. Misalnya, seorang wirausahawan yang memimpin mungkin menghadapi tekanan dari investor. Melalui EQ yang kuat, mereka dapat mengelola kecemasan melalui refleksi diri sehingga tetap fokus pada solusi. EQ memainkan peran utama dalam membangun hubungan bisnis yang kuat. Wirausahawan yang memahami kebutuhan pelanggan dan mitra bisnis dapat menciptakan hubungan jangka panjang berdasarkan kepercayaan.

Camille Fournier, selaku CTO di Rent the Runway mengungkapkan bahwa, “Perlakukan rekan-rekan anda sebagai sesama manusia yang menarik, dan anda mungkin akan terkejut dengan pengaruhnya terhadap motivasi, dedikasi, dan keterlibatan mereka”. Kutipan ini menunjukkan bahwa perlunya empati dan kemampuan memahami perasaan orang lain dalam membangun hubungan kerja yang kuat. Dalam kecerdasan emosional, empati memainkan peran kunci dalam menciptakan lingkungan yang saling percaya, dimana setiap individu merasa didengar dan dihargai. Ketika seorang pemimpin atau rekan kerja dapat menunjukkan empati, hal ini dapat meningkatkan motivasi tim dan juga mendorong inovasi dan kolaborasi yang lebih efektif.

EQ tidak serta merta tumbuh begitu saja. Diperlukan adanya latihan untuk menumbuhkan EQ seiring berjalannya waktu. pengembangan kecerdasan emosional dimulai dengan kesadaran diri untuk mengenali dan memahami emosi yang kita alami pada setiap situasi. Wirausahawan yang memiliki kesadaran diri yang tinggi dapat lebih cepat mengenali kapan mereka stress atau cemas dan memahami bagaimana perasaan tersebut memengaruhi keputusan dan interaksi mereka dengan orang lain. Kesadaran diri dapat dilatih dengan refleksi diri secara rutin misalnya dengan journalling untuk memvalidasi perasaan dan reaksi dari berbagai situasi. Sehubungan dengan itu, pengendalian emosi menjadi hal yang penting agar emosi yang muncul tidak mengganggu proses pengambilan keputusan. Ini dapat dilatih dengan meditasi agar dapat mengelola stress dan emosi negatif. Sebagai contoh apabila wirausahawan sedang menghadapi kegagalan, mereka tidak langsung menyerah begitu saja, tetapi berusaha mencari peluang dengan mengutamakan pengendalian emosi terhadap kegagalan kemudian mengevaluasi kekurangan kinerja bisnis melalui kesadaran diri.

Pada dasarnya, EQ bukan hanya tentang bertahan pada persaingan tetapi juga tentang bagaimana tumbuh dan berkembang dalam dunia bisnis yang terus maju. Teknologi dan globalisasi mempercepat perubahan, sehingga kemampuan untuk mengelola, memahami, dan memanfaatkan emosi dapat menjadi pembeda antara wirausahawan dan pemimpin yang luar biasa. Sebagai mahasiswa/i generasi penerus bangsa kami percaya bahwa diperlukan kesadaran untuk menumbuhkan kecerdasan emosional sejak dini baik dalam kewirausahaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan latihan dan komitmen yang konsisten, wirausahawan dapat mengembangkan kecerdasan emosional mereka untuk menghadapi tantangan bisnis dengan baik, membangun hubungan yang lebih kuat, dan memimpin tim mereka menuju kesuksesan. Kini saatnya bagi wirausahawan muda untuk tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga secara emosional. Latih EQ Anda mulai hari ini untuk meraih sukses di masa depan.

Artikel ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan yang diampu oleh Ibu Alfi Maulani, S.Si., M.si.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun