Dampak pandemi Covid-19 pada proses belajar-mengajar di Indonesia sangat terasa. Menjelang satu tahun penyebaran Covid-19 di Indonesia, beragam cara dilakukan agar proses pembelajaran jarak jauh dapat terlaksana dengan baik. Nadiem Makarim (Sandi, 2020) menjelaskan beberapa kendala selama proses pembelajaran jarak jauh berlangsung, diantaranya adalah kesulitan guru dalam mengelola pembelajaran jarak jauh dan menuntaskan kurikulum yang tengah berjalan, pendampingan oleh orang tua yang kurang maksimal, kurangnya konsentrasi siswa saat belajar dari rumah, serta rasa bosan yang cenderung meningkat yang memiliki potensi menyebabkan gangguan kesehatan mental pada siswa. Pembelajaran jarak jauh merupakan langkah yang diambil oleh penyelenggara pendidikan sebagai salah satu alternatif agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Alternatif ini dalam pelaksanaannya mendapati berbagai macam kendala, salah satunya adalah ketidaksiapan orang tua untuk mendampingi anak-anaknya belajar. Kejadian ini berdampak pada munculnya beragam kecemasan orang tua, khususnya bagi ibu rumah tangga pada saat anak-anak melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Pemerintah membuka kembali sekolah pada pertengahan Juli lalu menarik respon dari orang tua siswa. Mereka menilai kegiatan belajar itu bisa mengancam keselamatan anak karena pandemi Covid-19 yang belum usai. Bila sekolah kembali dibuka dengan belajar tatap muka bebarapa orangtua menolak. Bagi mereka itu sama saja membuka potensi tertular virus Covid-19 karena perilaku anak yang sulit untuk bersikap disiplin selama di sekolah. "Pasti khawatir karena anak masih belum bisa disiplinkan. Beda sama orang dewasa," ujar salah satu wali murid. Namun adapun orang tua yang senang dan bersedia anaknya kembali bersekolah tatap muka karena orang tua merasa anak-anak lebih terfokus jika belajar dengan gurunya secara langsung dan para tenaga pendidik pun dengan senang hati karena bisa mempermudah menilai dan mendidik anak secara lansung.
Kecemasan memiliki beberapa ciri, diantaranya gejala fisik, emosional serta mental dan kognitif. Spielberger membagi kecemasan dalam dua bentuk; trait anxiety yakni kecemasan mendasar yang memang dimiliki oleh seseorang tersebut dan state anxiety yakni kecemasan sesaat yang dimiliki oleh seseorang karena berada pada kondisi yang membahayakan dirinya. Kecemasan merupakan sebuah rangkaian proses kognitif, afektif, fisiologis dan sikap akibat stimulus eksternal ataupun internal yang menjadi sebuah persepsi akan hal-hal yang berbahaya atau menganca. Â
Para orang tua mengalami kecemasan terhadap proses dan hasil belajar anak-anaknya. Pendampingan ataupun pembekalan selayaknya diberikan guna mengurangi kecemasan pada orang tua saat menemani anak-anaknya melaksanakan pembelajaran tatap muka, sehingga orang tua siap dan proses pembelajaran tatap muka dapat berjalan dengan lancar dan maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H