Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Banjir dan Kita

19 Januari 2025   09:43 Diperbarui: 19 Januari 2025   09:43 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto https://www.piqsels.com/id/public-domain-photo-zqbsw


Banjir
Adalah tangisan yang terkumpul menahun
Kesedihan yang sering ditertawakan oleh kita
Rimba menangis
Tangisnya dijadikan api
Api membakar tandas tanah ulayat
Asap kemarau mengepul
Terpa mata-mata rakus berkabut  

Tanah berongga
Tak ada ikatan cinta bertumbuh
Erat tak lagi dalam kata
Rimbun berganti tandus
Tangan-tangan halus air melambai
Tanah bersukacita berselancar bersamanya
Dan kita hanya bisa teriak
Kutukan banjir datang!

Kala titik-titik air hujan turun
Bukan lagi kita merasai romantisme alam
Takut, takut akan amarahnya
Bukan alam memuntahkan muak
Tapi kita yang durhaka pada alam
Banjir! Banjir! Lagi-lagi banjir!
Kita mulai mengumpat
Memaki diri sendiri

FS, Januari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun