“Pengalaman adalah guru terbaik”
Dalam dunia kerja, saya berpegang pada pepatah “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pengalaman tidak pernah memberi teori.
Ketika memutuskan untuk bekerja di usia muda, saya tidak memandang berapa gaji yang akan diterima, tetapi lebih mementingkan pengalaman kerja yang akan didapatkan. Pekerjaan atau karier pertama saya adalah bekerja di sebuah radio swasta, sebagai tenaga administrasi dan sesekali siaran jika penyiar berhalangan hadir.
Sebagai tenaga administrasi di radio swasta, saya harus membuat surat penawaran iklan kepada pengiklan. Tentu saja tidak seperti sekarang dengan mudah mengirim surat melalui email. Saat itu, saya mengirim surat penawaran iklan melalui kantor pos. Menunggu balasan lumayan lama.
Berkat iklan juga, saya akhirnya mendapat pekerjaan baru di sebuah organisasi non-pemerintah internasional (NGO/Non-Governmental Organization) yang bergerak dibidang konservasi, penelitian, dan restorasi lingkungan. Cukup lama saya bergabung di NGO yakni sekitar 8 tahun.
Saat bekerja di NGO, surat menyurat atau berkirim surat secara cepat menggunakan faksimile. Surat yang diterima mesti cepat difotokopi karena tinta di kertas faksimile cepat kabur. Sekitar tahun 1990-an, di daerah saya yakni di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi belum ada jaringan internet. Cara berkomunikasi dilakukan melalui telepon, berkirim surat melalui pos dan berkirim surat melalui faksimile.
Tahun 2002, telepon seluler baru ada di kota saya. Jaringan internet sudah ada, walaupun sangat terbatas, yakni hanya di pusat kota Sungai Penuh. Sudah bisa mengirim email dengan menggunakan modem. Akses internet sangat lambat dan terbatas. Mulai ada warnet di mana-mana dan mesti rajin nongkrong di warnet jika ingin mengirim email atau sekedar buka Facebook.
Semakin hari teknologi semakin berkembang. Setelah kontrak kerja saya berakhir tahun 2002, saya sempat menganggur lama dan berwirausaha. Namun tahun 2017 saya kembali mendapat pekerjaan di Lembaga Penyelenggara Pemilu sampai saat ini.