Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Monolog Pintu Tua

12 September 2021   08:21 Diperbarui: 12 September 2021   08:36 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://www.piqsels.com/id/public-domain-photo-fzqfd

Mataku terpaku pada sebuah pintu tua. Meraba parut luka. Maafkanlah aku, bisikku menghiba. Dirimu terbanting, terhempas, ditendang olehnya. Tanpa engkau tahu salahmu apa.

Bagaimana jadinya jika rumah tak berpintu? Semua orang akan bebas lalu lalang, keluar masuk tanpa rambu. Selama ini, aku sungguh dalam nyaman bersamamu. Aku kembali mengusap, ragamu tak sempurna seperti dulu. Telah terlepas dari tancapan paku.

Seperti pagi ini, engkau mendengar teriakku padanya. Jangan lagi hempaskan pintu jika kau tak ingin kembali, aku tiba-tiba murka. Murka yang berujung lara. Aku hanya ingin kita berdua menua. Saling menjaga. Aku mengunci pintu kuat-kuat, seperti hati yang tertutup rapat.

FS, 12 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun