Pohon cengkeh hanya tiga batang dan tahun lalu hanya dua batang yang berbuah. Yang satu mungkin lagi ngambek he he he. Baru bulan kemarin saya menjual buah cengkeh kering hasil panen tahun lalu yang saya simpan di kardus, dengan harga lumayan Rp. 108.000/kilo. Waktu panen tahun kemaren harga cengkeh kering anjlok hanya berkisar Rp. 50.000-Rp. 60.000.
Saya bukan petani yang serius, maksudnya kebun ini tidak saya olah dengan baik. Tidak ada waktu dan kalau bayar pekerja upahnya perhari agak mahal. Upah harian pekerja biasanya berkisar Rp. 100.000-Rp. 125.000. Mungkin jika saya tidak bekerja lagi nantinya, kebun saya ini akan saya kelola dengan baik.
Selain tanaman ternyata kebun saya juga berisi penyeludup setia. Iya bajing, saya menangkap basah lagi memakan pepaya.Â
Bajing memang sering bikin kesal. Panen durian gagal total gara-gara bajing. Berharap durian runtuh, eh durian yang masih muda sudah bolong oleh si bajing.
Selain bajing, hari ini saya juga berhasil memotret burung ruak-ruak yang mengendap diam-diam. Ternyata, menghabiskan waktu di kebun cukup menyenangkan walaupun dikerubuti nyamuk-nyamuk nakal.
Pandemi, bagi yang hobby jalan-jalan dan memotret memang menyakitkan. Tapi jangan patah semangat, bisa manfaatkan waktu di rumah dengan berkebun. Jika tidak punya lahan yang memadai bisa berkebun dengan media pot, menanam sayur atau bunga hias. Tetap sehat dan semangat semuanya, kita berharap pandemi ini segera berlalu.