Diberdayakan? Jadi apa? Aku mulai bertanya-tanya dan aku terlelap. Jam tiga dini hari, mereka membangunkanku. "Ayo bangun, tidak boleh malas-malasan," teriak mereka. Mereka memerintahkan mengangkut barang- barang ke mobil, dan jam lima pagi kami bergerak.
"Kita mau kemana ya neng," tanyaku. "Keliling bang, kita jualan baju ke kampung-kampung," jawabnya jutek. Dan aku menyaksikan mereka berjualan daster, sprei dan lain-lain di pasar setiap kampung. Mereka menyebar, dan tiba-tiba aku menjadi malu. Lelaki macam apa aku. Berjuang untuk hidup sendiri saja tak bisa.
Seminggu aku bersama perawan-perawan hebat ini, aku meminta izin pulang. Aku akan mengikuti jejak mereka, jadi pedagang keliling. Mereka berbaik hati memberi pinjaman. Eh tunggu dulu, dari perawan-perawan ini, apa ada yang aku taksir?
Ada lima belas perawan, dan sulit sekali memilih. Ada beberapa dari mereka yang sedih kala aku pergi. "Aku akan sering-sering kesini," janjiku. Penyamun malang akhirnya pulang. Aku berjanji akan sering-sering menjenguk para perawan ini. Mungkin aku bisa menjadi Jaka Tarub, menjadi penyamun hati seseorang dari lima belas bidadari.
FS, 10 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H